Seorang muslim mengimani qadha, qadar, hikmah, dan kehendak Allah. Juga mengimani bahwa sesuatu tidak pernah akan terjadi di dunia ini, sampai pun perbuatan-perbuatan hamba yang bersifat ikhtiari (pilihan), kecuali sesudah ilmu dan qadar Allah. Juga mengimani bahwa Allah Mahaadil dalam menetapkan gadha dan gadarnya, Mahabijaksana dalam tindakan dan pengaturan-Nya. Juga bahwa hikmah-Nya senantiasa mengikuti kehendak-Nya. Apa yang Dia kehendaki pasti akan terjadi, dan apa yang tidak Dia kehendaki pasti tidak akan terjadi. Tidak ada daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah. Itu semua berdasarkan dengan dalil- dalil naqli dan aqli.
Dalil-Dalil Naqli
Pertama, pemberitahuan dari Allah mengenai Qadha dan qadar di dalam firman-firman-Nya berikut:
“Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (Al-Qamar: 49)
“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.” (Qs. Al-Hijr: 21)
“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis daiam kitab (lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.” (Qs. Al-Hadid: 22)
“Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah…” (Qs. At-Taghabun: 11)
“Dan setiap manusia telah Kami kalungkan (catatan) amal perbuatannya di lehernya…” (Qs. Al-Isra’: 13)
“Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami. dan hanya kepada Allah-lah orang-orang yang beriman bertawakal.” (Qs. At-Taubah: 51)
“Dan kunci-kunci semua yang ghaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya, tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).” (Qs. Al-An’am: 59)
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb seluruh alam.” (Qs. At-Takwir: 29)
“Sungguh, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada (ketetapan) yang baik dari Kami, mereka itu akan dijauhkan (dari neraka).” (Qs. Al-Anbiya’: 101)
“Dan mengapa ketika engkau memasuki kebunmu tidak mengucapkan, Masya Allah la quwwata illa billah’ (Sungguh, atas kehendak Allah, semua ini terwujud, tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).” (Qs. Al-Kahfi: 39)
…Kami tidak akan mendapat petunjuk sekiranya Allah tidakmenunjukkan kami…” (Qs. Al-A’raf: 43)
Kedua, pemberitahuan dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mengenai qadha dan qadar di dalam beberapa sabdanya:
“Sesungguhnya, setiap orang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk air mani. Kemudian menjadi segumpal darah pada empat puluh hari berikutnya. Lalu menjadi segumpat daging pada empat puluh hari berikutnya. Kemudian Allah pun mengutus seorang malaikat untuk meniupkan ruh ke dalam dirinya dan diperintahkan untuk menulis empat hal, rezekinya, ajalnya, amalnya, dan sengsara atau bahagianya. Demi Alah yang tiada ilah yang berhak dibadahi selain Dia, sungguh ada salah seorang dari kalian yang mengerjakan amat perbuatan ahli surga, hingga jarak antara dirinya dan surga hanya satu hasta, namun suratan takdir rupanya telah mendahuluinya sehingga ia mengerjakan amal perbuatan ahli neraka dan akhirnya ia pun masuk neraka. Ada pula salah seorang di antara kalian yang mengerjakan amal perbuatan ahli neraka, hingga jarak antara dirinya dan neraka hanya satu hasta, namun suratan takdir rupanya telah mendahuluinya sehingga ia mengerjakan amal perbuatan ahli surga dan akhirnya ia pun masuk surga.” (Hr. Muslim)
Rasulullah bersabda kepada Abdullah bin Abbas: “Wahai anak muda, aku akan mengajarimu beberapa kalimat: “Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya kamu akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika kamu memohon, maka mohonlah kepada Allah. Jika kamu meminta pertolongan, maka mintalah kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya umat ini bersatu padu untuk memberimu manfaat dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan dapat memberimu manfaat selain dengan sesuatu yang telah ditakdirkan Allah untukmu. Dan seandainya mereka bersatu padu untuk memberimu mudharat dengan sesuatu, maka mereka tidak akan dapat memberimu mudharat kecuali dengan sesuatu yang telah ditakdirkan Allah padamu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering tintanya.” (Hr. At Tirmidzi)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Pertama kali yang Allah ciptakan adalah pena. Lalu Allah berfirman kepadanya, ‘Tulislah!’ Pena itu menjawab, ‘Wahai Rabb, apa yang harus aku tulis?’ Allah menjawab, Tulislah takdir segala sesuatu sampai datangnya hari Kiamat’.” (Hr. Ahmad & Tirmidzi)
“Adam dan Musa saling berdebat. Musa berkata, ‘Wahai Adam, engkau adalah bapak kami. Engkau telah mengecewakan kami dan mengeluarkan kami dari surga.’ Adam menjawab, ‘Engkau Musa, Allah telah memilihmu dengan firman-Nya dan menulis Taurat untukmu dengan tangan-Nya, kenapa kamu mencelaku atas perkara yang telah Allah tetapkan terhadapku empat puluh tahun sebelum Dia menciptakanku?’ Maka Adam dapat mengalahkan hujjah-hujjahnya Musa.” (Hr. Muslim)
Rasulullah bersabda mengenai definisi iman: “Yaitu, kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab.kitab Nya. rasul-masul-Nya, hari Akhir, dan beriman kepada takdir.Nya yang baik maupun yang buruk.” (Hr. Muslim)
Rasulullah bersabda: “Beramallah kalian semua, karena setiap orang akan dimudahkan menuju apa yang telah diciptakan untuknya.” (Hr. Muslim)
“Nazar itu ridak dapat menolak qadha (Allah).” (Hr. Jamaah)
Rasulullah bersabda kepada Abdullah bin Qais:
Wahai Abdullah bin Qais, maukah kamu aku ajarkan sebuah kalimat yang merupakan harta simpanan di surga? Yakni kalimat, lâ hawla wa lâ quwwata illa billâh (Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah).” (Hr. Muttafaq ‘alaihi)
Ketika Rasulullah mendengar orang yang mengucapkan,“Apa yang telah Allah kehendaki dan engkau kehendaki,” Maka beliau bersabda: “Ucapkanlah, ‘Apa yang telah Allah kehendaki semata.” (Hr. Muslim)
Ketiga, keimanan ratusan juta manusia dari umat Muhammad, para ulama, orang-orang bijak, orang-orang saleh, dan yang lainnya terhadap qadha dan qadar Allah, serta hikmah dan kehendak-Nya. Juga bahwa segala sesuatu telah didahului oleh ilmu-Nya dan diberlakukan takdir-Nya. Tidak ada sesuatu yang terjadi di dalam kerajaan-Nya kecuali apa yang telah dikehendaki-Nya. Apa yang Dia kehendaki pasti terjadi, dan apa yang tidak Dia kehendaki tidak akan terjadi. Pena telah memberlakukan takdir-takdir segala sesuatu hingga hari Kiamat.
Dalil-Dalil Aqli
Pertama, akal tidak menganggap mustahil satu perkara pun dari perkara qadha, qadar, kehendak, hikmah, iradah, dan pengaturan-Nya. Bahkan akal justru telah mewajibkan dan mengharuskan adanya semua itu, karena memiliki fakta nyata yang tampak jelas di alam semesta ini.
Kedua, keimanan kepada Allah dan kepada kekuasaan-Nya mengharuskan adanya keimanan terhadap qadha, qadar, hikmah, dan kehendak-Nya.
Ketiga, jika seorang arsitek menggambar desain sebuah bangunan istana di atas sebuah kertas kecil dan membatasi waktu pelaksanaan pembangunannya, kemudian ia pun melaksanakan pembangunannya, maka waktu pelaksanaan itu tidak akan habis sampai ia dapat mengeluarkan istana dari secarik kertas itu kepada wujud nyata, dan sesuai dengan apa yang telah didesain di atas kertas tersebut, tidak kurang sedikit pun dan tidak lebih. Oleh karenanya, bagaimana mungkin ia mengingkari Allah, bila Dia telah menuliskan takdir-takdir alam semesta hingga hari Kiamat, kemudian dengan kesempurnaan kekuasaan dan ilmu-Nya Dia mengeluarkan apa yang telah ditakdirkan tersebut sesuai dengan apa yang ia takdirkan dalam hal jumlah, tata cara, waktu dan tempatnya, padahal ia tahu bahwa Allah adalah Mahakuasa atas segala sesuatu?
Sumber : Minhajul Muslim, Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairy