Seorang muslim mengimani akan uluhiyyah Allah ﷻ terhadap makhluk yang pertama hingga yang terakhir, rububiyyah-Nya terhadap seluruh alam semesta. serta tidak ada ilah dan Rabb yang berhak diibadahi selain Dia. Karena itulah, seorang muslim akan senantiasa mengkhususkan Allah ﷻ dengan segala peribadatan yang telah Dia syariatkan kepada para hamba-Nya dan menjadikan para hamba beribadah dengannya. Ia juga tidak akan mengarahkan sedikit pun dari ibadah-ibadah tersebut untuk selain Allah ﷻ. Jika ia memohon, maka ia memohon kepada Allah ﷻ. Jika ia meminta pertolongan, maka ia meminta pertolongan kepada Allah ﷻ. Jika ia bernazar, maka ia tidak bernazar untuk selain Allah ﷻ. Hanya untuk Allah ﷻ-lah seluruh amalan batinnya berupa rasa takut, pengharapan, tobat, kecintaan, pengagungan, dan tawakal. Begitu juga amalan lahiriyahnya berupa shalat, puasa, haji, dan jihad. Itu semua berdasarkan dalil-dalil naqli dan aqli.
Dalil-Dalil Naqli
Pertama, perintah Allah ﷻ untuk mengesakan-Nya dalam beribadah. Allah ﷻ berfirman di dalam Al-Qur’an:
“Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku, maka sembahlah Aku…” (Qs. Thaha: 14)
“… Dan takutlah kepada-Ku saja.” (Qs. Al-Baqarah: 40)
“Wahai manusia! Sembahlah Rabbmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah ﷻ, padahal kamu mengetahui.” (Qs. Al-Baqarah: 21-22)
“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah ﷻ” (Qs. Muhammad: 19)
“…Mohonlah perlindungan kepada Allah ﷻ. Sungguh, Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Qs. Fushshilat: 36)
“Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakal kepada Allah ﷻ.” (Qs. At-Taghabun: 13)
Kedua, pemberitahuan dari Allah ﷻ tentang hal itu. Allah ﷻ berfirman:
“Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat(untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah ﷻ, dan jauhilah thagut…” (Qs. An-Nahl: 36)
“…Barang siapa ingkar кepada thagut dan beriman кepada Allah ﷻ, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat кuat yang tidak akan putus.” (Qs. Al-Baqarah: 256)
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainкan Kami wahyuкan kepadanya bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku, maka sembahlah Aku.” (Qs. Al-Anbiya’: 25)
Katakanlah (Muhammad), Apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah ﷻ, wahai orang-orang yang bodoh?” (Qs. Az-Zumar: 64)
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.” (Qs. Al-Fatihah: 5)
“Dia menurunkan para malaikat membawa wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, (dengan berfirman) yaitu, Peringatkanlah (hamba-hamba-Ku), bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku.” (Qs. An-Nahl: 2)
Ketiga, pemberitahuan dari Rasulullah ﷺ mengenai hal tersebut. Rasulullah ﷺ bersabda kepada Mu’adz bin Jabal saat diutus ke Yaman:
“Hendaklah hal pertama yang kamu dakwahkan кepada mereкa ialah agar mereka menauhidkan Allah ﷻ” (Hr. Muslim)
Rasulullah ﷺ juga bersabda: “Wahai Mu’adz, tahukah kamu apa hak Allah ﷻ atas para hamba?” Mu’adz menjawab, “Allah ﷻ dan Rasul-Nya ﷺ lebih m engetahui.”Beliau ﷺ bersabda, “Hendaklah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” (Hr. Muslim)
Rasulullah ﷺ bersabda kepada Abdullah bin Abbas: “Jika kamu memohon, maka memohonlah kepada Allah, dan jika kamu meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah ﷻ.” (Hr. Muslim)
Rasulullah ﷺ menegur orang yang mengucapkan kepada beliau, “Apa yang telah Allah ﷻ kehendaki dan engkau kehendaki.” Beliau bersabda: “Ucapkanlah, ‘Apa yang telah Allah ﷻ kehendaki semata.” (Hr. Muslim)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik кecil.”Mereka bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah ﷺ ?”Rasulullah ﷺ menjawab, “Riya’ Pada hari Kiamat, pada saat Allah ﷻ memberi balasan kepada manusia atas amal-amal mereka, Dia berfirman, Temuilah orang-orang yang dulu kamu berbuat riya’ untuknya di dunia lalu lihatlah apakah kalian menemukan balasan di sisi mereka?” (Hr. Ahmad)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Bukankah mereka telah menghalalkan untuk kalian apa-apa yang telah Allah ﷻ haramkan lalu kalian ikut menghalalkannya, dan mereka juga telah mengharamkan apa-apa yang telah Allah ﷻ halalkan, lalu kalian ikut mengharamkannya? Adi menjawab, “Benar.” Beliau bersabda. “Itulah bentuk peribadatan kalian kepada mereka.”
Sabda belau ini ditujukan kepada Adi bin Hatim yang pada saat ia membaca firman Allah ﷻ. “Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi) dan rahib-rahibnyu nasrani sebagai tuhan selain Allah ﷻ.” (Qs. At-taubah: 31). Maka, Adi bertanya, “Wahai Rasulullah ﷺ, kami tidaklah beribadah kepada mereka? (Maka Rasulullah menjawab seperti diatas tadi” (Hr. At Tirmidzi)
Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak boleh memohon pertolongan kepadaku, namun memohon pertolongan hanya boleh kepada Allah ﷻ.” (Hr. At Thabrani)
Sabda ini beliau ucapkan pada saat sebagian dari sahabat berkata, Bangkitlah, dan marilah kita memohon pertolongan kepada Rasulullah ﷺ dari orang munafik ini (yakni orang munafik yang telah menyakiti mereka).”
Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa bersumpah dengan selain Allah ﷻ, maka ia telah berbuat syirik. (Hr. At Tirmidzi)
Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya jampi-jampi, jimat (Tamimah), dan sihir adalah kesyirikan.” (Hr. Abu Dawud)
Dalil-Dalil Aqli
Pertama, keesaan Allah ﷻ dalam hal mencipta, memberi rezeki, bertindak, dan mengatur, mewajibkan ibadah hanya ditujukan untuk-Nya semata, tidak ada sekutu bagi-Nya sedikit pun dalam hal ini.
Kedua, seluruh makhluk diatur oleh Allah ﷻ dan sangat membutuhkan kepada-Nya. Oleh karena itu, tidak dibenarkan adanya sesuatu dari makhluk yang menjadi tuhan yang diibadahi bersama-Nya.
Ketiga, keberadaan sesuatu yang diseru, dimintai pertolongan, atau dimintai perlindungan yang tidak mampu untuk memberi sesuatu, memberikan pertolongan, atau memberikan perlindungan dari sesuatu, mewajibkan batalnya berdoa kepadanya, meminta pertolongan kepadanya, bernazar untuknya, atau bersandar dan bertawakal kepadanya.
Sumber : Minhajul Muslim, Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairy