Sains hari ini menjadi salah satu rujukan kemajuan tekhnologi bagi umat manusia. tak jarang mereka yang tingkat kecerdasannya melebihi rata-rata menjadi menggilai sains bahkan lebih condong menjadi Saintis saja dan menjauhi kehidupan beragama. dan ada beberapa dari pada saintis sendiri justru tidak menganut satu Agama pun, justru di sini kami meyakini bahwa belum sampai kepada mereka bahwa Islam memiliki Al Qur’an yang di dalamnya sama sekali tidak ada kontradiktif dengan Sains. Artinya, kitab suci yang langsung bersumber dari Tuhan Semesta Alam tidak akan terbatas keilmuannya, sedang “kitab suci” hasil tulisan atau karangan manusia bisa jadi dan besar kemungkinan akan ada kontradiksi sebab keterbatasan manusia terhadap ilmu dan saat itu sains belum berkembang.
Allah Ta’ala berfirman: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (Qs. An Nisa: 82)
Contohnya penemuan oksigen. Oksigen secara terpisah ditemukan Carl Wilhelm Scheele di Uppsala tahun 1773 dan Joseph Priestley di Wiltshire tahun 1774. Temuan Priestley lebih terkenal karena publikasinya merupakan yang pertama kali dicetak. Beberapa tahun setelahnya, istilah oksigen diciptakan Antoine Lavoisier tahun 1777 karena eksperimennya dengan oksigen berhasil meruntuhkan teori flogiston tentang pembakaran dan korosi yang terkenal.
Menurut massanya, oksigen merupakan unsur kimia paling melimpah di biosfer, udara, laut, dan tanah bumi. Namun, oksigen hanya melimpah di Bumi saja dan sangat jarang ditemui di planet lain. Matahari hanya mengandung 0,9 persen oksigen, Mars hanya memiliki 0,1 persen oksigen dan Venus bahkan memiliki kadar konsentrat yang lebih rendah. Hal itu disebabkan oksigen yang berada di planet-planet selain Bumi hanya dihasilkan dari radiasi ultraviolet yang menimpa molekul-molekul beratom oksigen, misalnya karbon dioksida. Inilah alasannya mengapa membawa oksigen dalam perjalanan ke luar angkasa merupakan suatu kemestian.
Hal ini diterangkan dalam Al Qur’an, “Siapa yang dikehendaki Allah menunjukinya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk memeluk Islam. Siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Dia menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit.” (QS Al-An’am: 125).
Al Qur’an memberikan kiasan bagi orang-orang yang sesat dari jalan Allah seakan dada mereka sesak lagi sempit. Mengapa Allah mengibaratkan mereka dengan orang yang mendaki ke langit? Karena, tentu saja di luar angkasa kadar oksigen sangatlah kurang. Mereka tidak mampu bernapas dengan baik sehingga dada mereka menjadi sesak.
Bagaimanakah Al Qur’an mengemukakan sebuah teori bahwa di luar angkasa kadar oksigen sangatlah kurang? Padahal dalam ilmu pengetahuan ilmiah, istilah oksigen baru saja ditemukan tahun 1773. Tentu saja itu bukan suatu yang mustahil bagi orang yang mengimani bahwa Al Qu’ran adalah kalamullah. Al Qur’an adalah perkataan Rabb yang menciptakan oksigen, tata surya, dan Seluruh alam semesta ini.
Lebih lanjut lagi, Al Qur’an juga membahas bagaimana oksigen bisa terbentuk. Ilmu pengetahuan modern mengatakan, oksigen dihasilkan oleh fotosintesis tumbuh-tumbuhan. Tanpa adanya tanaman yang berfotosintesis, oksigen akan lenyap dari bumi. Itu jualah alasannya mengapa hutan-hutan di bumi disebut paru-paru dunia.
Al Qur’an menyatakan sebuah rumus fisika yang saat ini dikenal dalam ilmu pengetahuan modern, “6CO2 + 6H2O + sinar matahari + klorofil = C6H12O6 + 6O2.” Al Qur’an lalu menjelaskan, terbentuknya oksigen berasal dari sinar matahari, karbon dioksida, dan klorofil yang berasal dari pohon untuk melakukan fotosintesis. Salah satu unsur terbentuknya oksigen diperlukan kehadiran pohon yang hidup.
Tahapan selanjutnya, bisakah api menyala tanpa adanya oksigen? Jawabannya tentu saja tidak. Inilah dimaksudkan dalam ayat ini. “Tidakkah kamu perhatikan api yang kamu nyalakan?” (QS. Al Waaqi’ah 56: 71).
Ayat ini langsung bersambung dengan pertanyaan Allah, “Kamukah yang menjadikan pohon itu atau Kami yang menjadikannya?” (QS. Al Waaqi’ah 56: 71-72).
Allahu Ta’ala ingin menyampaikan bahwa oksigen sebagai unsur yang menjadikan terbentuknya api tersebut berasal dari pohon. Tanpa adanya fotosintesis dari pohon-pohonan, tak akan ada zat yang bernama oksigen. Siapakah yang menumbuhkan pohon tersebut? Tentu hanya Allahu Ta’ala yang bisa.
Lebih rinci lagi, Allah Jalla wa ‘alaa juga menjelaskan proses terbentuknya oksigen secara lebih mendalam dalam surah Yasin 36: 80. “Yaitu, Rabb yang menjadikan untukmu api dari pohon yang hijau. Maka, tiba-tiba kamu nyalakan daripadanya.”
Ayat ini bercerita tentang warna pohon, yaitu akhdar (hijau). Ilmu pengetahuan modern menyebut zat hijau daun dengan istilah klorofil, yaitu aktor yang melakukan fotosintesis pada tumbuhan. Tanpa klorifil, tumbuh-tumbuhan tak akan mampu berfotosintesis dan selanjutnya menghasilkan oksigen.
Istilah fotosintesis baru dikumandangkan oleh ilmuwan modern pada abad ke-18. Namun, cara kerja dan urgensi dari fotosintesis ini sudah diterangkan Al Qur’an 15 abad yang lalu. Jadi adakah kontradiksi dari Sains dan Al Qur’an menurut sahabat Baitul Maqdis!? tidak akan pernah di temukan, sebab firman Allah tidak mungkin bertolak belakang dengan apa yang ia turunkan setelahnya, begitulah sunnatullahnya.
Wallahu a’lam, barakallahu fiikum