Mungkin bagi sebagain orang sabun adalah hal biasa saja, ya seperti yang kita tahu semua sabun di pakai untuk membersihkan anggota tubuh kita tapi kali ini beda. Di Desa Nun jauh di sana, di pelosok Papua, Indonesia Timur seorang pemuda dari Fak-fak mewakafkan dirinya untuk membangun peradaban yang lebih baik untuk kemudian hari.
Dengan menggunakan dua kakinya untuk menuju suatu desa yang disana masih belum mengenal Islam dan bahkan mandi saja mereka memakai minyak babi. Melebur bersama orang-orang pedalaman menjadi salah satu keharusan dalam dakwah yang ujiannya begitu besar di sana. Tahukan kita bahwa lampu dan listrik tidak masuk kesana? Ya, begitulah kehidupan keseharian mereka, pun demikian beliau tetap masuk ke dalam sana dalam membawa misi dakwah, membawa cahaya dan mengenalkan mereka tentang apa itu Islam.
1989 Langkah beliau dan beberapa pemuda yang ikut terhenti lantaran ada anak panah yang menembus tangan beliau, sehingga beliau meminta untuk agar mereka meinggalkan beliau sendiri di medan dakwah ini. Agar jika beliau wafat di sana ini adalah bukti bahwa beliau mati diatas jalan dakwah. Maa syaa Allah. Ini bukan iman main-main. Ini bukti bahwa keimanan yang benar akan melahirkan keyakinan yang kuat. Beliau yakin jika beliau mati diatas jalan dakwah mak surga Allah balasannya, jika beliau tetap hidup maka pasti ada kebaikan yang akan Allah berikan kepada manusia disana, Sebab mutiara akan tetap menjadi mutiara meski ia terjatuh di lumpur yang dalam. Islam sebagai cahaya akan tetap menyala meski seluruh makhluk di bumi ingin memadamkannya.
Tiga kali beliau di panah, dan panah terakhir di sikut kirinya membuat beliau terjatuh, rapalan doa dan bayang-bayang akan ketidakberdayaan beliau sebagai hamba Allah ia lantunkan di ujung bibirnya yang membuat nafasnya agak tersenggal. Inikah akhir kisah perjalanan hidup seorang Fadlan Garamathan? mungkin itu gumamnya saat itu. Dan berapa banyak do’a yang keluar agar ia tetap terjadi di berikan kesempatan mengucap kalimat thayyibah di penghujung umurnya. Namun tiba-tiba,
“Saya merasa ada energi baru ketika saya mulai berani mencabut anak panah tersebut…” ini bukan panah biasa, tapi panah beracun. bagaimana kira-kira?
Dalam keadaan pincang beliau berjalan menghampiri ketua adat di kampung tersebut, beliau katakan bahwa beliau meminta maaf akan kegaduhan yang dibuat sebab datang membawa Islam kesana. Beliau izin untuk pamit kota untuk mengobatinya, namun dalam selang beberapa meter ketua adat menghampirinya dan melakukan … ah sulit sekali kami menulisnya, kami tak kuasa menahan air yang akan jatuh dari kelopak mata.
Tak sedikit skenario Allah sebelum perjalanan menuju RS di kota. dari yang kekurangan biaya, diskusi dengan ketua adat sebab beliau tidak ingin membiarkan Ustadz Fadlan pergi dan sampai akhirnya Allah datangkan keputusanNya. Laa Hawla wa laa quwwata illa billah….
Jujur, kami tak mampu lebih lama lagi menahan air yang jatuh sebab cerita-cerita di sini. perjalanan-perjalanan yang membawa perubahan, kekuatan dan penebalan iman sebab Allah begitu banyak memberi kebaikan.
Saksikan sampai habis ya, sebab in syaa Allah akan banyak ibroh yang kita dapat untuk hidup kita yang terlalu nikmat hari ini…