Setelah Mengenal Muhammad, Misionaris Ini Masuk Islam
Semasa kecil Lord Printone mempunyai cita-cita menjadi seorang pendeta Nasrani. Dan, ketika sudah tua ia mendapatkan petunjuk dan akhirnya masuk Islam.
Ia terlahir dan berkembang dalam asuhan dua orang tua yang sama-sama Nasrani. Ketika umurnya masih kecil ia belajar Injil, selalu aktif dalam kegiatan gereja dan mempunyai cita-cita sebagai seorang misionaris dan pendeta.
Suatu ketika, ia mengunjungi temannya orang india yang beragama Islam dan berbincang-bincang tentang akidah Nasrani serta membandingkannya dengan akidah Islam. Kunjungannya telah selesai dan Lord Printone kembali kerumahnya. Namun, sebenarnya semuanya belum selesai Karena perbincangan yang dilakukannya bersama temannya tersebut sangat membekas dalam benaknya dan pikirannya. Pendapat temannya ketika sedang berdebat selalu membayangi benaknya. Hal inilah yang mempengaruhi dirinya untuk selalu berpikir dan menelaah ulang agama Nasrani.
Di saat berkontemplasi ia berkata, “Mulai saat ini saya menetapkan untuk menelaah ulang akidah yang selama ini menjadi pegangan saya dan pegangan sebagian manusia. Saya kemudian berkeyakinan bahwa hal ini sangat penting, meskipun agak terlambat, membutuhkan waktu yang cukup lama dan tenaga yang maksimal. Dengan penelaahan ini saya mendapatkan tambahan pengetahuan berkaitan dengan agama Nasrani dan Injil yang ternyata telah mengalami penyimpangan. Saya mengulangi lagi, mendalami Injil secara detail dan merasakan ada yang kurang dalam beragama.
Ia kemudian menambahkan, “Sejak saat itu saya lebih marasa senang mempelajari Islam, sehingga saya mencurahkan segenap tenaga dan waktu untuk mempelajari Islam. Saya memulai dengan mempelajari sejarah Nabi Muhammad. Namun, yang saya dapatkan dan saya ketahui masih sangat minim. Padahal orang-orang Nasrani berusaha mengingkari Nabi yang muncul dari jazirah arab tersebut. Setelah lama mempelajari dan mendalami agama Islam, serta telah lenyap keraguan tentang kebenaran Islam, saya merasa telah menempuh jalan yang benar menuju Allah.
Setelah itu ia menegaskan kembali, “Betul, saya merasakan bahwa tidak ada kesalahan terbesar melebihi keingkaran seseorang terhadap laki-laki agung ini (Nabi Muhammad), setelah saya mempelajari apa yang telah didedikasikan kepada umat manusia. Beliau telah menjadikan kaum muslimin sebagai umat yang paling mulia dan paling tinggi derajatnya di dunia ini. Saya bahkan tidak mampu menghitung jasa-jasa yang telah disumbangkan oleh rasul ini berupa amal-amal yang mulia bagi segenap umat manusia.”
Kemudian ia bertanya-tanya dan berkata, “Dengan segenap keutamaan dan jiwa yang suci, bukankah suatu kehinaan bagi orang-orang Nasrani dan orang-orang lain yang tidak mengakui keberadaan beliau?”