Profesor James D. Frankel mengisahkan tentang perjalanannya mendapatkan hidayah. Profesor mata kuliah Perbandingan Agama di University of Hawaii, lahir di New York, Amerika Serikat pada 1969.
Sejak kecil, James dibesarkan dalam keluarga Yahudi yang sekuler. Namun sejak berusia 13 tahun, James memilih untuk menjadi komunis setelah ia membaca buku Karl Marx.
James pernah punya teman yang berasal dari Pakistan bernama Mansour. Sahabatnya itu memberinya Alquran dan menyuruhnya membaca. Mungkin inilah saat pertama kali James bertemu seorang muslim.
“Aku tidak ingin kau masuk neraka,” kenang James menirukan ucapan Mansour dikutip dari OnIslam.net, Kamis 19 Maret 2015.
Tentu saja, saat itu James tidak percaya sama sekali tentang neraka. Namun, ia menghormati Mansour dengan mengambil Alquran itu dan menyimpannya di rak buku di rumahnya.
Beberapa tahun kemudian, James kuliah di Washington. Dia juga mulai meninggalkan pikiran komunisnya dan mempertanyakan tentang makna hidup yang menghantuinya sejak kecil.
James sering bertanya dalam hati ‘untuk apa manusia dilahirkan, ke mana setelah mati dan mengapa manusia menderita’.
Suatu hari ia mendapat kabar neneknya meninggal dunia. James sangat sedih dan dia pun terbang ke New York untuk menghadiri pemakamannya.
Saat itulah James punya kesempatan bertanya tentang makna hidup pada seorang Rabbi. Namun dia tidak mendapat jawaban sama sekali.
James mulai mencari Tuhan dan jawaban dari semua pertanyaan yang menghantuinya sejak kecil. Ia kemudian kembali ke New York sebelum semester baru dimulai. Suatu hari, James berjalan-jalan di Times Square yang sangat berbeda dari saat ini.
“Saat itu, di sana Anda bisa menemukan banyak pengkhotbah dari berbagai macam aliran agama,” kata James.
James suka mengobrol dengan salah satu dari mereka tentang agama, tentunya dengan sikap skeptis.
Dia melihat ada sekelompok pria kulit hitam yang memakai jubah sedang berdoa. James pun menghampiri mereka untuk bertanya tentang ritual yang sedang dilakukan.
Namun salah seorang dari mereka mengatakan James tidak boleh bergabung karena dia adalah setan.
Menurut pengkhotbah kelompok itu, semua kulit putih adalah setan. Namun James berargumen jika memang dia setan, kenapa selalu ingin tahu tentang Tuhan.
Sesampai di rumah, James teringat dengan Alquran yang diberikan sahabatnya, Mansour enam tahun lalu. Dia segera membuka dan membaca Alquran tersebut. James tidak menemukan indikasi ayat yang menyatakan ia adalah setan atau orang kulit putih lain adalah setan.
Dia terus membaca hingga tertidur dan membaca lagi saat dia terbangun keesokan harinya.
Ternyata, Alquran memberikan jawaban atas semua pertanyaan yang menghantuinya sejak kecil. Alquran menjelaskan dengan sangat jelas tentang fakta penguasa alam semesta. James merasa seolah-olah penulis kitab tersebut berbicara langsung kepadanya.
“Saya belum pernah merasakan sesuatu seperti ini. Saya tanpa sadar menangis saat membacanya. Bulu kuduk saya kadang merinding dibuatnya. Saat itu saya benar-benar seperti sedang membaca tulisan Tuhan,” kata James.
Pada Januari 1990, James bertemu dengan teman-teman SMA untuk reuni. Mereka berkumpul sambil membicarakan kegiatan masing-masing.
Kemudian, seorang teman bertanya pada James tentang keyakinannya. James menjawab bahwa dia sekarang telah percaya Tuhan. Selama ini, teman-teman James tahu bahwa dia adalah seorang komunis.
Teman James itu kemudian menanyakan Tuhan yang mana. James menjawab hanya ada satu Tuhan di dunia ini. James menjelaskan bahwa di dalam Alquran yang dipelajarinya disebutkan bahwa tidak ada yang patut disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya. Mendengar penuturan tersebut, Mansour langsung memberitahu bahwa James telah menjadi Muslim.
Awalnya James tertawa karena dia menganggap Mansour lah yang muslim sedangkan dia hanya orang yang percaya pada satu Tuhan.
Namun James diberitahu jika sudah mengakui tidak ada yang patut disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya berarti dia muslim. James pun kaget.
Selama enam atau delapan bulan pertama kehidupannya sebagai seorang muslim yang baru, dia melakukan semuanya dengah hanya berbekal panduan Alquran dan buku-buku yang diberikan Mansour. (Alkuin/BaitulMaqdis.com)
Sumber : Dream.co.id