Pria dengan nama lahir Cassius Marcellus Clay Jr yang lahir di Kentucky Amerika Serikat tahun 1942 dan kelak menjadi petinju legendaris di dunia dan kabar bahagianya dirasakan oleh seluruh mulsim di dunia in syaa Allah. Ia satu dari enam anak pasangan Cassius Marcellus Clay Sr dan Odessa O’grady Clay. Cassius Sr atau ayah dari Muhammad Ali adalah seorang juru gambar papan iklan dan ibunya adalah Asisten Rumah Tangga (ART).
Ayahnya adalah seorang pemabuk dan tukang main serong. sehingga sang anak hanya dapat pendidikan agama Protestan dari ibunya.
“Mereka (anak-anak) adalah anak gereja karena istri saya membawa mereka setiap (hari) minggu.” kenang sang ayah, dikutip majalah Emel edisi ke-17. Febuari 2006.
Tapi Cassius Jr bukanlah kristen yang taat. Ia justru meragukan banyak ajaran Yesus Kristus.
“Ibu saya seorang Baptis. Ia percaya Yesus adalah anak Tuhan dan saya tidak percaya itu. Saya merasa Tuhan tak punya anak. Tuhan tidak beranak pinak. Manusialah yang beranak pinak. Rasanya keliru mendengar perempuan berkata : ‘Saya mengandung anak Tuhan’. itu tidak masuk akal.” kata Cassius alias Ali di kutip Thomas Hauser dalam Muhammad Ali : His life and Time.
Seiring meretasnya karir tinju yang di kenalnya sejak berusia 12 tahun, Cassius belia mulai mencari “Hidayah” selain agama yang turun temurun dari keluarganya. Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun berganti ia sedikit mulai mengenal Islam, kala itu sekitar ia berumur 16 tahun di Chicago.
Cassius mulai bertemu dengan sang pengubah hidupnya, istilah kekinian dari salah satu channel dakwah anak muda (Luckypath channel -red) Putar Balik (PutBal), Elijah Muhammad. Elijah bukan hanya pengasuh tapi juga di anggap sebagai “Nabi” orang kulit hitam. Ia tidak membawa Sunni atau Syiah, tapi lebih kepada ajaran sendiri yang dianggap sebagai “Imam Mahdi”, Wallard Falce Muhammad, bernama Nation Of Islam (NOI).Cassius kepincut kepada NOI sebab issue yang di bawa adalah tentang diskriminasi rasial, yang dimana pada masa itu memang menjadi issue yang santer di seantero Amerika. Titik balik terjadi ketika Cassius melihat surat kabar yang jadi corong NOI, Muhammad Speaks, menampilkan kartun-kartun rasisme kulit putih yang menindas kulit hitam dan artikel-artikel pembunuhan Emmet Till pada 1955.
“Tidak ada yang mengguncangkan jiwa saya lebih dari kisah Emmet Till,” ungkap Cassius, dikutip Elliot Gorn dalam Muhammad Ali: All the People’s Champ.
Meski begitu ia tak serta merta di terima oleh “Nabi” kulit hitamnya bergabung bersama NOI. Namun keberuntungan masih berada di pihaknya, ia bertemu Aktivis NOI yaitu Malcolm X pada 1962. Baru setelah merampungkan laga kontra Sonny Liston pada 1964, NOI menerima Cassius jadi anggotanya.
Setelah itu ayahnya tahu, marahlah beliau sebab Cassius juga mengajak turut serta adiknya, Rudolph Valentino Clay, masuk Islam. Sang ayah yang murka, menuduh NOI mencuci otak kedua anak lelakinya.
“Mereka (Black Muslim/NOI) telah mencuci otak kedua anak saya, anak saya di buat bingung tak tahu dimana mereka berada. Mereka telah merusak kedua anak saya. mestinya Black Muslims beraktivitas di luar negara saja agar tak merusak anak-anak baik seperti anak-anak saya. Para Muslim itu mengatakan untuk membenci orang-orang kulit putih, untuk membenci para Ibu mereka. Para Muslim itu mengatakan saya orang jahat karena saya percaya kepada Tuhan. Yang mereka inginkan hanyalah uang,” Kata Cassius Clay Sr. kepada harian The Pittsburg Press, 7 febuari 1964.
Cassius tak peduli. Ia malah mempelajari keyakinan barunya. Keyakinan itu baginya “benar” untuk menghadapi situasi sosial, terutama bagi kaum kulit hitam yang senantiasa jadi “keset” bagi orang kulit putih. Kendati demikian, NOI begitu berbeda dari ajaran Islam Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam. NOI memang percaya Allah sebagai Tuhannya. Tapi NOI mempercayai ada Nabi atau Rasul lain setelah Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. dan Ritualnya pun “serupa tapi tak sama”.
Elijah memberi pencerahan kepada pengikutnya untuk shalat menghadap kiblat ke Makkah dengan bahasa inggris. Hari besarnya selain Idhul Fitri bukan Maulid Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam setiap 12 rabiul awal (Kalender Hijriah) tapi 26 febuari (Kalender Masehi) sebagai “Saviour’s Day” yang memperingati hari lahir Fard Muhammad. Edward curtis IV dalam Islamizing The “Black Body : Ritual and power in Elijah Muhammad’s Nation’s of Islam” dalam buku Religion and american culture: A Jurnal of interpretation.
Menemukan Islam yang Benar
Ini berawal dari Malcolm X yang belakangan bernama asli El Hajj Malik al-Shabazz — menunaikan ibadah haji pada tahun 1964. Ia tercengang dengan semua yang disaksikan, terutama tentang Islam yang benar. Ia menunda kepulangannya untuk belajar dengan seorang ulama besar di Mekkah dan Madinah, tentang Islam, Allah dan Rasulullah Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Ia melakukan perjalanan ke Turki, dan negara-negara Islam lainnya.
Sebelum menunaikan ibadah haji, pengetahuan tentang Islam diperoleh Malcolm X diperoleh dari Elijah Muhammad yang mengaku sebagai nabi dan mendirikan gerakan Nation of Islam (NOI).
Mengungkap Nabi Palsu, Terbunuhnya Malcolm X
Elijah menyebut diri utusan Tuhan. Sebelum menjadi anggota Nation of Islam, seseorang harus menyebut syahadat versi Elijah Muhammad, yaitu Asyhadu anla ila ha illahlah, wa asyhadu anna Elijah Muhamad Rasulullah.
Pulang dari Arab Saudi, Malcolm X keluar dari Nation of Islam dan mendirikan Black Muslim. Ia memiliki kharisma, kemampuan berpidato, dan pengetahuan yang hebat.
Ketika Ali sedang tur ke Afrika, dua sahabat ini bertemu di Ghana. Malcolm X mengatakan, “Persetan dengan ajarannya Elijah Muhammad”. Malcolm berusaha untuk terus menemui Ali setelah itu tapi Ali selalu menghindar. Dari situlah persahabatan mereka retak.
Malcolm X mendegradasi Nation of Islam, dan berupaya mengungkap korupsi dana masyarakat yang dilakukan nabi palsu Elijah Muhammad. Ia di ambang mengungkap kasus itu, ketika anggota Nation of Islam- atas instruksi Elijah Muhammad – menembaknya di Harlem. Malcolm X tewas.
Ali tak meratapi kematian Malcolm X itu. Ia tetap setia pada Nation of Islam, dengan Elijah Muhammad sebagai rasul. Tidak ada shalat lima waktu, yang ada adalah misa versi Islam.
Tahun 1975, Muhammad Ali menyadari kekeliruannya. Ia keluar dari Nation of Islam, mengucap syahadat yang benar dan memeluk Islam yang benar.
Namun, semua itu tidak bisa melupakan penyesalan Ali mengkhianati Malcolm X. Empat puluh tahun kemudian, Muhammad Ali menyatakan penyesalan itu dengan linangan air mata.
Namun pada lain kesempatan setelah itu Muhammad Ali menyesali apa yang terjadi antara ia dan Malcolm X.
“Jika ada yang paling saya sesali dalam hidup mungkin saat saya mengkhianati Malcolm X,” ujar Ali seperti dikutip ilmfeed.com.
“Dia benar tentang banyak hal. Ketika saya menyadari kebenarannya, dia telah terbunuh,” lanjut mantan petinju legendaris itu.
“Saya tidak punya kesempatan memeluknya dan menyatakan penyesalan.”
Menurut Ali, Malcolm X seorang visioner, dan berjuang untuk semua.”Saya mungkin tidak akan pernah menjadi Muslim jika tidak bertemu Malcolm X,” kenang Ali.
“Jika bisa kembali ke masa lalu, betapa ingin saya bertemu lagi dengannya dan tak lagi membalikan tubuh darinya.”
Ada kejadian yang mungkin dunia mengetahuinya, bahwa pernah dalam salah satu sesi wawancara Ali menegaskan bahwa ia tidak lagi menerima di panggil namanya Cassius Clay, bahkan hal ini di jadikan psywar oleh musuhnya.
Ali menolak dan marah jika ada orang yang masih memanggilnya dengan Cassius Clay, yang merupakan ‘nama budak’.
Ali merasa bahwa kesombongan Cassius Clay dulu ketika ia sering mengatakan; “Saya yang terhebat” adalah kalimat yang paling sering diucapkannya saat menggambarkan dirinya sendiri. Terkadang ia juga sengaja melebih-lebihkan: “Aku yang terhebat. Aku dua kali yang paling terhebat. Aku bersih dan berkilau. Aku akan menjadi juara dunia yang bersih dan berkilau.” Terkadang pula ia hanya melengkingkan suara sambil memamerkan wajah mulusnya yang jarang terkena pukul lawan: “I am prettyyyyy”.
Kini ia dengan tegas mengatakan “Aku adalah Muhammad Ali, dan Aku seorang Muslim. ALLAH IS GREATEST!” Tegasnya.
The Last Man Standing
Ruang rawat nomor 263 di Scottdale Osborn Medical Center, Arizona, Amerika Serikat (AS) pada 3 juni 2016 pukul 20.30 sudah ramai keluarga Muhammad Ali. Anak-anak dan istrinya sudah siap menghadapi kemungkinan terburuk pada perjalanan sang legendaris itu.
“Ali di rawat karena infeksi pernafasan. sebelumnya ia dirawat karena infeksi tapi berhasil sembuh. tetapi kali ini setelah beberapa hari perawatan, kondisinya melemah. Keluarganya sudah menemaninya saat ventilator yang menyambung hidupnya di lepaskan. Ali kesulitan bernafas.” Tulis Jurnal Jonatan Eig, dalam Ali : A Life.
Di momen sakaratul maut itulah Zaid Shakir, seorang imam dari Zaytuna College, Berkeley, California merapat ke Ali yang tergolek di tempat tidur. setelah mengecek denyut nabi yang melemah di leher Ali, Imam Shakir mendekatkan mulutnya ke telinga kanan Ali.
“Seperti halnya saat bayi lahir, ia mengucapkan kalimat (Syahadat). Laa illaha ilallah, wa asyhadu anna muhammad rosulullah ‘Tiada Tuhan Selain Allah. dan Muhammad adalah utusan Allah.’ ia merapakannya dengan merdu. salah satu cucu Ali memberikan tasbih. Imam Shakir menggenggam tasbih itu ke tangan Ali dan mengatakan, ‘Muhammad Ali, inilah saatnya. Laa illaha ilallah, ucapkan, ulangi. anda menginspirasi banyak umat, surga menantimu.” ucapnya.
Setelah beberapa kali Imam Shakir mengulangi kalimat Thayyibah tersebut, Ali menghembuskan nafas terakhirnya. tepat pukul 21.10, Ali dinyatakan meninggal di usia 71 tahun karena syok skeptik.
Sesuai wasiat Allahuyarham, jenazah Ali di terbangkan ke kampung halamnnya, Louiseville, Kentucky. Proses pemandian dan sholat jenazahnya di helat sepekan kemudian. 9 juni 2016 di Freedom Hall, Komplek Kentucky Exposition Center, Louiseville.
Imam Shakir memimpin prosesinya di Freedom Hall. dengan penjagaan ketat polisi Louiseville, ribuan pelayat tertib bertakziah pada jenazah Ali yang sudah di tempatkan di peti mati berkalang kain hitam bertuliskan ayat-ayat suci Al-Qur’an berwarna emas.
“Tempat itu merupakan tempat pertama kali Ali melakoni debut pertarungan prosesionalnya pada oktober 1960. ketika Ali melawan Turney Hunsaker (menang angka),” lanjut Eig
Ribuan pelayat itu khusyu mendengarkan lantunan ayat suci Al Qur’an dari Syaikh Hamza Yusuf. serta tertib dan khusyu ketika melangsungkan shalat jenzah yang di pimpin oleh Imam Shakir. Pemakamannya sendiri baru di langsungkan keesokan harinya, 10 Juni 2016, di KFC YUM! Center. Setelah diberikan kehormatan oleh beberapa kerabat dan tokoh terdekat Allahuyarham, jenazahnya dibawa menuju tempat peristirahatan terakhir di Cave Hill Cemetery.
Untuk penghormatan terakhir, beberapa tokoh dipilih sebagai pengusung jenazah ke kuburan. Selain mantan petinju seperti George Chuvalo, Larry Holmes, George Foreman, Lenox Lewis, Mike Tyson, aktor Will Smith yang memerankan Ali dalam bioptik Ali (2001) juga diberi kehormatan mengantarkan sang legendaris ke liang lahat.
Tak hanya Amerika dan dunia tinju, dunia Islam pun merasakan duka. Catatan Muhammad Ali Center, upacara pemakaman Ali disaksikan 1 miliar orang lewat layar kaca yang di tayangkan stasiun televisi dan media ESPN, ABC, BBC, CNN, CBS dan Fox.
Sejumlah olahragawan turut menyampaikan duka citanya. diantaranya Michael Jordan, Steph Curry, dan LeBron James dari basketball dan Tiger Wood dari dunia Golf.
Para Politisi negeri Paman Sam tak ketinggalan. Tokoh-tokoh macam Bill dan Hillary Clinton, Donald Trump, Barrack Obama, serta perdana menteri inggris turun menyampaikan kedukaannya.
Kecintaan pada Muhammad Ali begitu mendunia, terutama AS, negeri tempatnya di lahirkan. namun ironisnya sejak kecil Ali didera Diskriminasi rasial dan diskriminasi agama sejak muda. ditambah kontroversi yang mengiringi prestasinya di dunia tinju acap membuatnya jadi sasaran tembak caci maki.
Kini dirinya telah mengahadap Rabbnya, penciptaNya, Allah Subhaanahu wa ta’ala. seperti yang sering Ali gaungkan setelah ia memeluk Islam di masa jayanya dimanapun ia bertanding dan siapapun lawannya, bahkan di media koran saat itu terpampang jelas font bertuliskan, “ALLAH IS MY BODYGUARD!”. ia bangga menjadi seorang muslim, dan ini adalah point penting untuk kita semua, berbanggalah kita sebagai seorang muslim, dan bawalah itu kelak dihadapan Allah. Ishadu bi ana muslimuun.
Selamat jalan legenda, semoga Allah menerima amal sholeh dan menempatkanmu di Jannah, champ… Aamiin.
Sumber : Historia
Editor : Admin