Sejarah Baitul Maqdis
Baitul-Maqdis (bahasa Arab: بيت المقدس, Rumah Suci) atau Baitul-Muqaddas (bahasa Arab: بَـيْـت الْـمُـقَـدَّس) adalah istilah yang kerap digunakan untuk merujuk pada Masjid Al-Aqsha atau kota Yerusalem (utamanya bagian kota tuanya), terkadang juga digunakan pada kawasan yang lebih luas, tergantung konteks pembicaraan.
Baitul Maqdis merupakan salah satu kota tertua di dunia yang telah dihuni sejak sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi. Dalam perspektif Islam, Baitul Maqdis menduduki posisi yang istimewa. Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan Nabi Isa pernah singgah dan bertempat di kota ini dengan tujuan untuk menyebarkan dakwah tauhid. Lebih dari itu, kota yang sering disebut Yerusalem ini memiliki arti penting sebagai tempat kelahiran Masjid al-Aqsha, kiblat pertama umat Islam.
Salah satu landmark terkenal masjid al-aqsa yaitu Qubbat ash-Shakhrah (Dome of the Rock), sebagai tempat di mana Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam berpijak sebelum perjalanan Mi’raj ke Sidratul Muntaha. Bahkan dalam Al-Quran, pada surah al-Isra ayat pertama, perjalanan Isra-Mi’raj Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam ini secara tegas menyebutkan nama Masjid al-Aqsha (dalam artian harfiah, ‘masjid yang terjauh’).
Abdallah el-Khatib, dalam artikelnya “Jerusalem in the Qur’an” pada British Journal of Middle Eastern Studies Mei 2001, menjelaskan bahwa Al-Quran menyebutkan nama Baitul Maqdis (Yerusalem) sebanyak 70 kali. Penjelasan ini dijelaskan dengan baik secara tegas maupun secara implisit, tersebar dalam 21 surah. Ini termasuk istilah-istilah seperti “tanah suci” (al-‘ardhu al-muqaddasat), “tanah yang diberkati”, dan “kota yang diberkati. Diantaranya dalam surah al-Maidah ayat 21, surah al-A’raf ayat 137, ayat 71, dan ayat 81 surah al-Anbiya, serta ayat 18 surah Saba’. Kita dapat menemukan referensi kepada Baitul Maqdis dalam Al-Quran sebagai tanah yang diberkati.
يٰقَوْمِ ادْخُلُوا الْاَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِيْ كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوْا عَلٰٓى اَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوْا خٰسِرِيْنَ
Wahai kaumku, masuklah ke tanah suci (Baitulmaqdis) yang telah Allah tentukan bagimu dan janganlah berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kamu menjadi orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Maidah [5]: 21)
Keberkahan Baitul Maqdis
Saat ini, sorotan dunia semua tertuju pada Palestina, salah satu wilayah di Negeri Syam yang dianggap sebagai tanah yang diberkahi. Tidak ada keraguan bahwa Negeri Syam dianggap sebagai tanah berkat di seluruh dunia, setelah Makkah dan Madinah di Saudi Arabiya.
Kebaikan yang ada dalam negeri ini mencerminkan kebaikan seluruh umat manusia, sementara kejahatan yang terjadi di sana menjadi simbol kejahatan yang merasuki seluruh dunia. Namun, apa yang kita saksikan saat ini adalah penindasan hak asasi. Manusia dan pelanggaran kemanusiaan yang terus menghiasi berita internasional, dengan dukungan dari negara-negara yang berkuasa.
Negeri Syam, yang mencakup Palestina, Suriah, Libanon, dan Yordania, dikenal sebagai tanah para nabi, tempat berkumpulnya para cendekiawan dan orang-orang bijak, serta menjadi tempat pertemuan seluruh umat manusia. Negeri ini juga memiliki makna penting sebagai tempat pertahanan yang kokoh dan sebagai kiblat pertama bagi umat Muslim. Hal ini diungkapkan oleh ulama Palestina-Saudi, Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid dalam tulisannya yang berjudul “Thuubaa Lis Syaam” (Riyadh: Maktabah al-‘Ubaiykan, 2013).
Bumi Syam telah disinggung dalam Al-Quran Surat Al-Isra’ ayat 1
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Al-Isra [17]:1)
Menurut para ahli tafsir, inilah makna “Alladzii baaraknaa haulahu” (Kami berkahi sekelilingnya) adalah negeri-negeri seputar Baitul Maqdis yang diberkati. (QS: Al-Isra’ [17]: 1).
Sayap Malaikat Terbentang di Bumi Syam
Sejarah membuktikan bahwa Baitul Maqdis adalah sebuah kota yang bersejarah, menjadi pusat perhatian selama berabad-abad. Bahkan tokoh-tokoh besar seperti Khalifah ‘Umar bin Khaththab dan Panglima Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah terlibat dalam membebaskan kota ini dari imperium Romawi.
Pada masa Sulthan ‘Imaduddin Zanki dan puteranya Sulthan Nuruddin Mahmud Zanki, Baitul Maqdis berhasil melepaskan diri dari penjajahan Eropa. Puncak keberhasilan terjadi pada masa Sulthan Shalahuddin al-Ayyubi, yang berhasil mengalahkan pasukan Salib setelah umat berjuang selama setengah abad sejak zaman Abu Hamid al-Ghazali menulis kitab Ihyaa ‘Uluumiddin.
Baitul Maqdis juga merupakan bagian yang diberkahi karena Bumi syam merupakan wilayah yang dinaungi oleh malaikat. Beberapa riwayat tentang hal ini bisa dilihat dalam kitab Al-Israa’ wal Mi’raaj karya Imam As-Suyuthy dan Ibnu Rajab al-Hanbaly. Diriwayatkan dari sahabat Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
Berbahagialah Bagi (Penduduk) Syam, Beruntunglah Bagi (Penduduk) Syam”. Aku Bertanya Apa Alasannya? Beliau Menjawab, “(Karena) Para Malaikat Mengepakan Sayap (Menaungi) Negeri Syam.” (HR: At-Tirmidzi Dan Ahmad).
sumber: wikipedia.com; zakat.or.id (Baitul Maqdis: Sejarah dan Perjuangan untuk Kembali Merdeka)