Because I Love Jesus
Anda Bertanya, Muallaf Menjawab (Seri Keduabelas)
TANYA JAWAB SEPUTAR HARI NATAL
Tulisan ini adalah artikel berseri yang secara langsung ditulis oleh Ust. Insan Ls Mokoginta pakar Kristologi Nasional peraih penghargaan mualaf award, silahkan disebarluaskan demi kemaslahatan umat.
Aslam : Sebagai seorang mantan Kristen, bagaimana pendapat anda tentang Hari Natal yang tiap tahun jatuh pada tanggal 25 Desember?
Mualaf : Rasanya seluruh perayaan keagamaan di dunia, Natal yang paling besar menghabiskan biayanya dibanding peringatan hari-hari keagamaan lainnya. Bayangkan saja, beberapa bulan menjelang tanggal 25 Desember, umat Kristiani di seluruh dunia sudah mempersiapkan diri menyambut kedatangan Natal dengan biaya yang amat besar. Sulit dibayangkan besarnya biaya yang dihabiskan hanya untuk menyambut Hari Natal 25 Desember. Tetapi sangat disayangkan, perayaan yang begitu besar, glamour, meriah, mewah, berlebihan & begitu sakralnya, ternyata tidak punya dasar sama sekali di Alkitab mereka. Dan yang lebih mengherankan, di dunia ini tidak ada seorang pendeta atau pastur yang bisa memberikan bukti Yesus lahir di tanggal 25 Desember. Bahkan Paus yang di Roma & para pendeta sekaliber apapun di dunia ini, jika ditanya tentang hari kelahiran Yesus, pasti mengakui bahwa Yesus memang tidak lahir pada tanggal 25 Desember.
Aslam : Kalau begitu dari mana berasalnya Hari Natal tersebut?
Mualaf : Menurut penjelasan Catholic Encyclopedia edisi 1911 berjudul “Christmas” ditemukan kata-kata yang berbunyi sbb : “Chritsmas….was not among the earliest festivals of church, the first evidence of the feast is from Egypt….” (Natal bukanlah upacara gereja pertama, melainkan ia diyakini berasal dari Mesir) Masih dalam Encyclopedi itu juga berjudul “Natal Day”, Bapak Gereja Katolik pertama mengakui bahwa : “In the Scriptures, no one is recorded to have kept a feast or held a great banquet on his birthday. It is only sinners (like Pharaoh and Herold) who make great rejoicings over the day in which they were born into the world.” (Di dalam Kitab suci/Bibel, tidak seorangpun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan hari kelahiran Yesus. Hanya orang-orang kafir saja (seperti Firaun & Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya di dunia ini).
Aslam : Sejak kapan Natal pertama kalinya dirayakan oleh orang-orang Kristen?
Mualaf : Menurut Encyclopedia Americana tahun 1944 tertulis : “Christmas, it was according to many authorities, not celebrated in the first centuries of the Christian church, as the Christian usage in general was to celebrate the death of remarkable persons rather than their birth…”. A feast was established in memory of this even (Christ’s birth) in the fourth century. In the fifth century the Western Church ordered it to be celebrated forever on the day of the old Roman feast of the birth of sol, as no certain knowledge of the day of Chrits’s birth existed.” (Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya, umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut. Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad ke 4 M. Pada abad ke 5, Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta pora bangsa Romawi yang merayakan hari “Kelahiran Dewa Matahari”. Sebab tidak seorangpun di dunia yang mengetahui hari kelahiran Yesus.) Dari keterangan Encyclopedia ini, dapat kita simpulkan bahwa perayaan Natal, baru dirayakan sekitar 400 tahun setelah Yesus mati, dan itupun hanya diambil dari hari pesta pora bangsa Romawi yang merayakan hari kelahiran Dewa Matahari, bukan hari kelahiran Yesus yang sebenarnya. Murid-murid Yesus & orang-orang Kristen yang hidup pada abad pertama sampai ke 3, tidak pernah sekalipun merayakan Natal sebagai hari kelahiran Yesus pada 25 Desember. Dalam Alkitab tidak ditemukan walau satu ayatpun Tuhan maupun Yesus yang memerintahkan untuk merayakan Natal, sebab perayaan setiap tanggal 25 Desember adalah perayaan agama penyembah berhala yang dilestarikan oleh umat Kristiani.
Aslam : Bagaimana dengan pohon Natal atau pohon Terang?
Mualaf : Menurut Frederick J. Haskins, dalam bukunya ‘Answers to Questions’ disebutkan : “The use of Christmas wreaths is believed by outhorities to be traceable to the pagan customs of decorating buildings and places of worship at the feast, which took place at the same times as Christmas. The Christmas tree is from Egypt, and its origin date from a period long anterior to the Christian Era.” (Hiasan yang dipakai pada upacara Natal yang menghiasi rumah dan tempat peribadatan mereka yang waktunya bertepatan dengan malam Natal sekarang, adalah warisan dari adat agama penyembah berhala. Sedangkan Pohon Natal berasal dari kebiasaan Mesir kuno yang masanya lama sekali sebelum lahirnya agama Kristen). Dari keterangan tsb, jelas bahwa pohon Natal, sama sekali tidak pernah dianjurkan oleh Tuhan maupun yesus untuk merayakannya, karena semua itu hanya diadopsi dari agama kafir kuno.
Aslam : Apakah ada bukti tertulis di Alkitab atau Bibel tentang asal usul keberadaan pohon Natal (pohon Terang) tersebut?
Muallaf : Pada Kitab Yeremia 10:2-5 tertulis (2) Beginilah firman Tuhan: “Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. (3) Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? (4) Orang memperindahnya dengan emas & perak; orang memperkuatnya dengan paku & palu, supaya jangan goyang. (5) Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun, tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, & berbuaat baik pun tidak dapat.” Dari keterangan ayat Alkitab itu, jelas bahwa pohon Terang/pohon Natal itu, sama saja dengan menyembah berhala. Na’udzu billah mindzalik!
(Bersambung)