BaitulMaqdis.com — “Indonesia merupakan sebuah ladang yang sedang menguning, yang besar tuaiannya! Ya, Indonesia siap mengalami transformasi besar. Hal ini bukan suatu kerinduan yang hampa, namun suatu pernyataan iman terhadap janji firman Tuhan… dengan memeriksa firman Tuhan, kita akan sampai kepada kesimpulan bahwa Indonesia memiliki prakondisi yang sangat cocok bagi tuaian besar yang Ia rencanakan” (Dr. Bambang Widjaja, Indonesia Siap Mengalami Transformasi)
***
Kasus kristenisasi semakin marak akhir-akhir ini. Ibarat jamur di musim hujan yang tumbuh serentak dan massif di berbagai kota. Sebut saja kristenisasi pada Car Free Day di Jakarta dan Solo yang sempat ramai diperbincangkan. Begitu juga yang terjadi di beberapa tempat di pusat kota di Jakarta. Di Bogor, tepatnya di kawasan Sentul, kristenisasi massal terjadi dengan modus rekreasi. Kelompok minoritas semakin berani dan menjadi-jadi dalam memurtadkan umat Islam di berbagai penjuru tanah air.
Banyak jalan yang ditempuh misionaris untuk memuluskan target besar mereka sehingga dapat menjadikan Indonesia sebagai Negara Kristen. Seperti yang diungkap Media Dakwah (edisi Juni 1990) yang memuat bocoran keputusan dewan gereja Indonesia di Jakarta tanggal 31 September 1979 perihal program jangka panjang kristenisasi 50 tahun di Indonesia yang jatuh pada tahun 2020 nanti. Juga program kristenisasi di Indonesia yang disadur majalah Cresent terbitan Kanada yang intinya bertujuan untuk meningkatkan populasi umat Kristen agar sama dengan umat Islam di Indonesia.
Menurut Bernard Abdul Jabbar, agenda ini dilakukan dengan mempropagandakan program Keluarga Berencana (KB) kepada kaum Muslimin dengan membatasi jumlah kelahiran. Sementara itu, mereka menganjurkan untuk memperbanyak jumlah anak, dan mengharamkan KB.
“Barang siapa yang mempraktekkan KB akan menanggung dosa dan melawan doktrin gereja dan barang siapa yang melakukan pembatasan kelahiran dianggap sebagai pembunuh orang Kristen dan telah hilang kemuliaan ini sesuai dengan perintah bible kitab kejadian pasal 1 ayat 27–28”, demikian terang Bernard yang merupakan mantan misionaris.
Sejalan dengan perkembangan waktu, cara ini kemudian dirubah dengan cara halus. Bernard, yang saat ini aktif di Dewan Dakwah kota Bekasi, dalam salah satu tulisannya di media massa menjelaskan bahwa cara halus ini berbentuk program “cesarisasi” bagi ibu-ibu muslim yang akan melahirkan. Teknisnya dengan mengupayakan memperbanyak dokter-dokter spesialis kebidanan dan kandungan, membangun klinik dan rumah sakit bersalin, bekerja sama dengan bidan-bidan untuk merujuk ke rumah bersalin dan klinik mereka dengan imbalan yang menggiurkan.
Sejalan dengan itu pula di bidang pemerintahan jabatan-jabatan strategis harus dipegang oleh orang Kristen baik di tingkat Eksekutif ataupun Yudikatif, Gubernur, Bupati, Walikota ataupun jabatan-jabatan strategis lainnya, sehingga mereka dengan mudah mengontrol seluruh jalannya pemerintahan, karena itu peran partai Kristen sangat diperlukan untuk usaha tersebut.
Dengan ambisi yang begitu besar ini, pihak misi Kristen ingin menguasai beberapa daerah Kalimantan, Papua, dan juga Jawa. Hari ini, ibukota Indonesia sudah memiliki Gubernur seorang Kristen keturunan Tionghoa. Sesuatu yang tidak pernah dibayangkan oleh para orangtua dan sesepuh Betawi. Misi Kristen berusaha untuk memenangkan pilkada atau pilgub, ini terlihat dari banyak kekalahan mayoritas Islam di setiap pemilihan kepala daerah seperti di Kalimantan Barat dan Tengah yang mayoritas muslim. Informasi yang diterima oleh Bernard, Kalimantan adalah target untuk dikuasai dengan menjadikan sebagai pulau Kristus.
“Tak menutup kemungkinan pulau-pulau lainnya seperti Jawa, Sumatera menjadi sasaran untuk mereka kuasai”, ungkap aktivis Forum Umat Islam ini.
Perjalanan Panjang NKRI
kibar-benderaSejak ratusan tahun lalu, para misionaris Kristen di Indonesia memang sudah berusaha keras ingin mengubah bangsa Indonesia menjadi Negara Kristen Republik Indonesia (NKRI). Sejumlah tokoh misi Kristen di Indonesia telah mendeklarasikan bahwa Indonesia merupakan sebuah negeri yang siap melakukan transformasi besar-besaran, menjadi negeri Kristen. Ibarat lahan, Indonesia sudah siap panen.
Sebuah buku berjudul Transformasi Indonesia: Pemikiran dan Proses Perubahan yang Dikaitkan dengan Kesatuan Tubuh Kristus (Jakarta: Metanoia, 2003), menggambarkan ambisi dan harapan besar kaum misionaris Kristen di Indonesia tersebut. Menurut Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) 2000-2005, Natan Setiabudi sebagaimana dikutip oleh Adian Husaini, “Tuhan memberikan kesempatan yang luar biasa kepada orang Kristen dan China, karena pada waktu Suharto menjadi Presiden, ia begitu dekat dengan orang Kristen dan China.”
Indonesia menurut kaum misionaris telah siap melakukan transformasi menjadi Kristen. Sejak dulu, kaum misionaris Kristen selalu menggambarkan bahwa Indonesia adalah daerah yang diberkati Tuhan, yang siap menerima agama Kristen. Tahun 1962, Badan Penerbit Kristen (BPK), menerbitkan buku H. Berkhof dan I.H. Enklaar, berjudul Sedjarah Geredja, yang menggariskan urgensi dan strategi menjalankan misi Kristen di Indonesia:
“Boleh kita simpulkan, bahwa Indonesia adalah suatu daerah Pekabaran Indjil yang diberkati Tuhan dengan hasil yang indah dan besar atas penaburan bibit Firman Tuhan. Djumlah orang Kristen Protestan sudah 13 juta lebih, akan tetapi jangan kita lupa…. di tengah-tengah 150 juta penduduk! Djadi tugas Sending gereja-gereja muda di benua ini masih amat luas dan berat. Bukan sadja sisa kaum kafir yang tidak seberapa banyak itu, yang perlu mendengar kabar kesukaan, tetapi juga kaum Muslimin yang besar, yang merupakan benteng agama yang sukar sekali dikalahkan oleh pahlawan2 Indjil.”
Di era reformasi, kaum misionaris Kristen secara terbuka menyatakan tekad dan ambisinya untuk mengkristenkan Indonesia. Menurut mereka, Indonesia adalah lahan yang sudah siap panen.
Menurut Jeff Hammond, sebagaimana dikutip oleh Bernard, sejak Mei 1997, ada banyak nubuatan yang sangat signifikan tentang rencana Tuhan untuk membawa transformasi ke Indonesia. Ada lima nubuatan yang disebutnya, yaitu (1) Akan terjadi goncangan ekonomi di Indonesia, (2) Goncangan itu akan menyebabkan Presiden yang menjabat digulingkan, (3) Setelah itu akan muncul seorang presiden di dalam masa transisional, (4) Akan ada Presiden wanita, dan (5) Indonesia akan mengalami masa tuaian besar. Satu per satu nubuatan-nubuatan itu sedang digenapi.
Dalam tulisan yang diposting oleh arrahmah.com bulan Juni 2013, Bernard menyatakan bahwa pada tahun 2005 kaum Kristen telah merencanakan manuver baru dalam merealisasikan rencana tuaian 2020 dengan mempergunakan strategi Matius 10 ayat 16 “licik seperti ular santun bagai merpati” dengan menamakan gerakan penuaian jiwa dan transformasi sebagai proyek kristenisasi terbesar. Tahun 2020 ditargetkan sebagai tahun keberhasilan sebagaimana disampaikan oleh pendeta DR Jeff Hammond dalam bukunya “Transformasi Indonesia”.
Sejak peristiwa G30S PKI, terjadi masa Koiros (tuaian/panen) di Indonesia, sehingga dalam enam tahun ada lebih dari 7 juta orang di pulau Jawa yang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, dan fokus tahun 2005 sebagai awal tahun tuaian atau masa panen dan tahun 2020 sebagai tahun penggenapan amanat agung.
Persiapan SDM dan Infrastruktur
Untuk merealisasikan ‘tahun tuaian’ dan menjadikan Indonesia sebagai negara Kristen, pihak misi Kristen telah melakukan berbagai persiapan-persiapan yang sangat matang, terencana dan sistematis. Seperti diungkapkan oleh Bernard, persiapan tersebut mencakup SDM dan juga infrastruktur seperti Gereja, sekolah tinggi teologi dan lain sebagainya.
Pendeta Bambang Wijaya dalam bukunya “Transformasi Indonesia,” mengatakan bahwa petani yang bijaksana saat melihat tuaian sudah di ambang pintu, ia akan segera mempersiapkan tenaga penuai sebanyak-banyaknya, karena itu ia tidak akan menyia-nyiakan ladangnya, itulah sebabnya tidak mengherankan apabila Tuhan Yesus Kristus bekata: “Tuaian memang banyak tapi pekerja sedikit, maka mintalah tuaian pada tuan yang empunya tuaian, supaya ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”
Dalam pelaksanaan di lapangan, jika selama ini yang kita dengar hanya pendeta, misionaris, atau orang tertentu saja yang menjalankan misi pengkristenan, maka dengan lahirnya gerakan transformasi banyak gereja harus secara aktif menjadikan semua jemaatnya menjadi tenaga penuai atau pengkabar baik.
Termasuk salah satu persiapan sumber daya manusia adalah dengan membangun dan mengaktifkan serta merekrut kembali para laskar-laskar Kristus. Ketua Umum Taruna Muslim, Alfian Tanjung berkali-kali memperingatkan umat Islam tentang peran laskar ini. Selama ini, laskar-laskar tersebut selalu terjun di daerah-daerah konflik seperti Poso, Ambon juga di daerah-daerah perseteruan gereja, seperti di Ciketing Bekasi dan gereja Yasmin di Bogor, Tangerang Lippo. Bahkan menurut Bernard, mereka juga punya andil dalam menurunkan Suharto sebagai Presiden RI waktu tahun 1998.
Mereka juga mempersiapkan kader-kader gereja yang dipersiapkan dengan matang, handal dan bermental baja yang bisa masuk ke mana saja baik di jajaran birokrasi, yudikatif atau pun eksekutif dan di semua lini karena mereka adalah sel tuaian besar abad 21.
Mendirikan Sekolah Tinggi International Harvest (HITS) yang bekerja sama dengan 2000 gereja se Indonesia guna untuk mendirikan sekolah Al-kitab di dalam gereja, dalam brosur yang disebarkan itu ada paket gratis dengan jaminan 2000 gereja lokal untuk mempersiapkan 200.000 pemimpin perintis gereja yang akan diterjunkan kepada umat dalam menyambut tahun tuaian 2020 nanti.
Selain memperbanyak jumlah gereja sebagai sarana untuk menampung hasil tuaian, mereka menyadari bahwa transformasi tidak akan berjalan tanpa mengikuti master plan yang telah direncanakan. Menurut Bernard, pihak misi Kristen telah mempersiapkan buku panduan dan aturan dalam melaksanakan tuaian atau pengkristenan. Buku yang sudah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa itu berjudul “The Final Sing” yang dikarang oleh pendeta DR. Peter Youngren asal Kanada. Buku tersebut berisi pelajaran mengenai tuaian akhir zaman dan dibagikan secara gratis. Pembagiannya pun tidak sembarangan. Proses penyebarannya berada dalam pengawasan salah satu organisasi Kristen “World Impact Ministries and The Global Harvest Force”, dibagikan kepada sekitar 10.000.000 pekerja tuaian dari berbagai Negara yang khusus untuk pelayanan akhir zaman.
Sekarang kita melihat tingkat pertumbuhan yang sangat tajam dari jumlah gereja di berbagai tempat yang meningkat hingga 300% dibanding dengan pertumbuhan masjid yang hanya 60% setiap tahunnya menurut data Kementerian Agama. Walaupun di dalam pembangunan gereja yang mereka dirikan banyak timbul masalah, tidak sesuai dengan aturan hingga pada akhirnya banyak timbul gesekan di mana gereja itu dibangun, seperti pemalsuan KTP, tidak ada IMB, menipu dan membohongi masyarakat dan lain sebagainya.
Melihat kondisi ini, apakah impian mereka untuk menjadikan tahun 2020 sebagai tahun tuaian bisa tercapai atau pada akhirnya Negara Kristen Indonesia terwujud? Maka umat Islam harus waspada dan bersatu mempersiapkan diri dan jangan terkecoh dengan apa yang mereka lakukan di negeri ini. Umat Islam harus selalu memahami agamanya dengan benar agar tidak terjebak masuk pada perangkap mereka dan selalu waspada untuk menghadang apa yang mereka rencanakan. Allahu Akbar!
*) Tulisan ini diolah dari tulisan Ustadz Bernard Abdul Jabbar di arrahmah.com dan Dr.Adian Husaini di hidayatullah.com
[Sumber: Tabligh Online]