Nabi Muhammad Saw bersabda :
“Sungguh kalian akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai-sampai jika mereka masuk ke dalam lobang biawak gurun tentu kalian akan mengikutinya.” ( HR. Bukhori dan Muslim)
TAUKAH KALIAN ?
Topi Tahun Baru yg berbentuk kerucut ternyata adalah topi dengan bentuk yang di sebut SANBENITO, yaitu topi yang digunakan Muslim Andalusia untuk menandai bahwa mereka sudah murtad dibawah penindasan Gereja Katholik Roma yang menerapkan INKUISISI SPANYOL. Nah loo.
Kini, 6 abad setelah peristiwa yang sangat sadis tersebut berlalu, para remaja muslim, anak-anak muslim justru memakai pakaian SANBENITO untuk merayakan tahun baru masehi dan merayakan ulang tahun.
Meniup trompet-terompet ala topi SANBENITO di saat pergantian tahun. Perayaan-perayaan yang sama sekali tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah yang justru nyata-nyata berasal dari kaum Kafir. Tanpa sadar terjebak upaya pemurtadan.
Kaum yang telah merampas kejayaan Muslim Andalusia, dan menghancurkan sebuah peradaban maju Islam, Andalusia.
Setelah kita tahu sejarah ini, apakah kita masih tega memakai SANBENITO? atau membiarkan anak-anak, adik-adik, sahabat-sahabat kita memakainya? padahal 6 abad yang lalu, SANBENITO adalah pakaian tanda seorang muslim telah MURTAD.
Tak hanya tahun baru, ternyata perayaan ulang tahun dan ospek atau lebih di kenal dengan orientasi siswa baru pin kerap menggunakan topi berbentuk kerucut, merupakan simbol seseorang telah menjadi murtad. Tak disadari Sanbenito sudah di pakai sejak orientasi siswa tingka SD sampai perguruan tinggi.
Maka, orang tua yang merayakan anaknya ulang tahun, disertai topi kerucut, seraya mendoakan anaknya menjadi anak yang sholeh-sholehah, sama saja membuat pengumuman resmi anaknya telah murtad.
Sejarah Topi Kerucut
Mau tahu bagaimana sejarah topi kerucut yang identik dengan moment perayaan ulang tahun tersebut? Dalam kajian Kristologi yang disampaikan Irena Handono, dahulu, pada masa Raja Ferdinand dan Ratu Isabela (keduanya penganut Kristiani) berkuasa di Andalusia — ketika kaum muslimin dibantai – keduanya memberi jaminan hidup kepada orang Islam dengan satu syarat, yakni keluar dari Islam.
Maka untuk membedakan mana yang sudah murtad dan mana yang belum adalah ketika seorang muslim menggunakan baju seragam dan topi berbentuk kerucut dengan nama Sanbenito. Jadi, Sanbenito adalah sebuah tanda berupa pakaian khusus untuk membedakan mana yang sudah di-converso (murtad).
“Saat itu umat Islam di Andalusia dibantai, kecuali yang memakai Sanbenito. Itu sama artinya bersedia mengikuti agama Ratu Isabela. Topi ala Sanbenito itulah sebagai simbol orang Islam yang sudah murtad. Topi itu digunakan saat keluar rumah, termasuk ketika ke pasar. Dengan menggunakan sanbenito, mereka aman dan tidak dibunuh,” ungkap Irena.
Setelah pembantaian selesai, agenda Ratu Isabela selanjutnya adalah mengejar muslim yang lari dan bersembunyi ke Amerika Selatan. Orang Islam yang tertangkap lalu diseret ke lembaga inkuisi (penyiksaan) yang dilaksanakan oleh orang gereja. Adapun pastur pertama yang ditunjuk Ferdinand dan Isabela untuk melaksanakan inkuisi adalah pastur bernama Torquemada. Ia adalah Jenderal Yahudi yang dikenal sebagai pembantai umat Islam Andalusia.
Bukan hanya orang Islam saja yang diseret ke lembaga inkuisisi, tapi juga orang yahudi yang menolak masuk Kristen. Di tanah lapang, mereka kemudian ada yang dibakar hidup-hidup, ada pula yang disiksa dengan kayu yang diruncingkan sehingga bokongnya akan tertusuk. Penyiksaan lainnya ada yang dipatahkan kakinya. Kekejaman inkuisisi itu memang hendak membuat mati seseorang dengan secara perlahan, bahkan sambil tersenyum. Sadis!
“Ini menunjukan, Kaum Kristiani yang katanya memiliki slogan kasih, ternyata ahli di bidang penyiksaan, dan pembantai Muslim dan Yahudi. Jadi, jangan dikira lembaga inkuisisi itu sudah tidak ada lagi. Juga jangan mengira Knight Templar itu sudah tidak ada. Lembaga Inkuisisi dan Knight Templar itu masih ada hingga saat ini. Buktinya, George W Bush pernah mengatakan, ia diperintah Tuhan untuk melakukan pembantaian dengan menyebut Muslim sebagai teroris,” papar Irena. (baca : Buku Menyingkap Fitnah & Teror, Oleh : Hj.Irena Handono)
Fakta Simbol Pemurtadan
Sejarah diatas adalah fakta yang tidak bisa ditutup-tutupi. Semua ada tertulis dalam tinta sejarah. Percaya atau tidak begitulah faktanya. Umat kristen tiada hentinya berupaya sedikit demi sedikit selangkah demi selangkah berusaha memurtadkan umat Islam terutama yang bodoh agar minimal akrab dengan simbol-simbol mereka, lalu kemudian dimurtadkan tanpa sadar.
Perhatikanlah Sabda Nabi Muhammad Saw :
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka”. ( HR. Abu Dawud, Shohih)
Ironisnya, banyaknya umat Islam yang awwam terhadap agamanya, membuat mereka tanpa sadar telah tergiring oleh tipu daya misionaris untuk minimal menerima simbol-simbol mereka. Na’udzubillah min dzalik.
Berikut ini gambar bukti keberhasilan upaya pemurtadan para misionaris yang ingin menggiring secara halus terhadap umat Islam awwam :
Fakta Upaya Pemurtadan Lain
Upaya menjauhkan umat Islam dari ajaran agamanya juga terjadi pada kasus dilarangnya Polwan ( polisi wanita ) untuk menutup aurat dengan memakai jilbab.
Sebagaimana diberitakan Republika.co.id bahwa Ketua Persekutuan Gereja Indonesia, Albertus Patty, menyatakan ketidaksetujuannya atas rencana penetapan Peraturan Kapolri (perkap) terkait seragam berjilbab bagi Polisi Wanita (Polwan).
Namun pada kesempatan lain Albertus tidak pernah mempersoal polwan memakai topi Santa. Atau bahkan terkesan sudah menjadi agendanya untuk menjauhkan umat islam dari ajaran agamanya kemudian diisi dengan hal-hal yang bernuansa kristen. Apakah ini bukan upaya pemurtadan? (Alkuin/BaitulMaqdis.com)