Ya, semuanya berproses. Yang ada di benakku.. “Aku tidak tahu apakah ini jilbab syar’i yang sesungguhnya ttaukah bukan? Aku hanya berusaha menyesuaikannya dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Dan Al-Hamdulillaah. Selama ini aku nyaman, lebih nyaman dan bangga mengenakannya.”
Banyak sekali yang menentang ketika aku memutuskan untuk memanjangkan jilbabku, terutama keluarga besarku. Berkali-kali aku dikatakan mengikuti aliran sesat. Sakit. Sakit sekali rasanya mendengar pernayataan itu dari orang-orang terdekatku. Tapi, aku yakin aku berada di jalan yang benar. Bukankah Allah yang menyuruh kita dalam Al-Qur’an?? Seiring berjalannya waktu, aku yakin mereka-mereka yang menghujat akan paham suatu hari nanti.
Aku bukan berasal dari keluarga yang paham betul tentang Islam, bahkan di keluargaku hanya aku yang mengenakan hijab syar’i. Tapi ini pilihanku, aku tidak peduli apa yang akan mereka katakan. Dan tentu saja aku selalu memberi pengertian ke sanak saudara, terutama Ibuku. Al-Hamdulillah, setelah kurang lebih 3 tahun aku berjilbab syar’I, keluargaku semakin mengerti. Dan semakin paham kenapa aku memutuskan untuk menanggalkan jilbab tipisku.
Ukhti sayang. . Aku tahu jilbab syar’i itu mahal. Jika bahannya tipis, harganya murah. Tapi, mau tidak mau harus didobel lagi. Belum kerudungnya. Harganya bisa 5-9 kali lipat kerudung paris. Tapi, apakah kau akan mengorbankan ketaatanmu pada aturan Allah hanya karena masalah uang?
Perjalananku untuk mulai memakai jilbab syar’i hanya butuh waktu 1 minggu untuk kemudian aku menyingkirkan semua celana, kerudung paris dan baju-baju ketatku. Awalnya aku coba mengenakan jilbab yang sudah ku punya, ya jilbab paris yang aku doble agar tak terlihat tipis dan menerawang, aku pakai rok yang aku punya. Semasa SMK dulu, aku sampai punya krudung paris berwana putih 3, dan aku double 3. Karena aku anggap masih terlalu tipis jika hanya ku double 2. Pasti kalian membayangkan betapa gerah dan susah sekali mengaturnya kan?? Sama sekali tidak dear, aku nyaman dan aku bangga mengenakannya. Kemana-mana masih pakai kerudung syar’i yang aku doble yang aku punya, rok itu-itu saja. Hingga setiap bulan uang jajanku aku sisihkan untuk beli gamis dan jilbab syar’i.
Jika alasan menunda berjilbab syar’i hanya karena takut dinilai orang, maka aku lebih takut kepada Allah karena terlalu lama menunda taat.
Jika alasan menunda berjilbab syar’i karena sikapku yang masih buruk, maka kapan sikap ini akan terkontrol jika aku tidak segera menaati aturan-Nya dalam menutup aurat..
Dear, kita tetap bisa berekspresi sesuai dengan potensi kita. Karena jilbab syar’i tidak menuntutmu jadi orang lain, tapi membebaskanmu dari jeratan aturan manusia. Membebaskanmu untuk berekspresi dalam koridor yang sesuai syariat.
Yuk berjilbab syar’i!
Sumber : Voa-Islam
Penulis: Dhalilah Sabrina Ningtias
FB Penulis : Dhalilah Sabrina Ningtias
Twitter : @Assyifa_Hayfa