Fakta Kristenisasi di Lamongan, Jawa Timur
Fakta dan Realita
Dalam tinjauan kami di dua titik rawan pemurtadan wilayah Kabupaten Lamongan bagian selatan, yaitu Desa Pataan Kecamatan Samben dan Dusun Tempuran Desa Cangkring Kecamatan Bluluk dapat kami paparkan berikut ini:
1. Desa Pataan, Kecamatan Samben
Desa Pataan membawahi 6 Dusun yakni Pataan, Dringu, Tlogo, Montor, Segreng dan Ngadasan. Di wilayah ini terdapat dua gereja illegal, namun yang satu (gereja kecil) sudah berhasil dibongkar dan tinggal satu gereja yang cukup besar dan terhitung bagunan baru dan semua jemaat dari wilayah kelurahan Desa Pataan setiap pekannya berduyun-duyun ke gereja tersebut untuk kebaktian, dan terkadang dihadiri jemaat dari luar Lamongan.
Jumlah Gereja
Jumlah Gereja relatif sedikit (dibandingkan dengan daerah kristenisasi lain) yaitu 2 Gereja besar. SNamun, karena aktivitas pemurtadan mereka ditunjang dengan ekonomi yang besar, maka sangat memungkinkan misi mereka berhasil.
Adapun cara kristenisasi di daerah ini adalah motif ekonomi. Baksos, pembagian sembako, pengobatan gratis, dan tidak segan-segan memberikan modal usaha ternak dan tani kepada muslim yang memiliki problem ekonomi.
Ada lembaga Dakwah Muhammadiyah disana, namun keberadaannya tidak memberikan andil signifikan dalam membendung laju kristenisasi di daerah tersebut.
2. Dusun Tempuran, Desa Cangkring Kecamatan Bluluk Lamongan
Pada dasarnya Tempuran merupakan salah satu dari Dusun yang dinaungi kelurahan Cangkring. Di wilayah kelurahan Cangkring sendiri terdapat kurang lebih 300 murtadin, mereka tersebar pada 7 Dusun yang dibawahi Kelurahan Cangkring, yakni Cangkring, Boworejo, Sengon, Tempuran, Mlaten, Banjardowo dan Ngrandu.
Di Dusun Tempuran yang kami kunjungi ini adalah titik terawan dari titik yang ada pada kelurahan Cangkring, dikarenakan di Dusun tersebut terdapat 3 orang pendeta asli pribumi dan 1 orang pendeta dari Ngawi Jawa Timur. Dan menurut berita yang kami dapat dari wawancara tokoh dan dari situs resmi GKJW, bahwa kristenisasi di daerah ini masih sangat masiv.
Masyarakat di daerah ini pun masih terbiasa melakukan ritual syirik yakni NYADRAN atau sedekah bumi. Di daerah ini pun da’inya hanya satu, Ustadz Mahmudi seorang da’I asal Sumenep.
Adapun metode kristenisasi di Desa ini adalah perkawinan silang antara laki-laki Kristen dan wanita muslimah dengan modus menjadi muallaf kemudian murtad lagi, selain itu adalah dengan ekonomi.
3. Di Kecamatan Bluluk tidak hanya satu atau dua titik pemurtadan, namun sangat banyak sekali diantaranya di Kelurahan Sumbergondang Kecamatan bluluk. Maka kami mengusulkan agar 6 da’I tersebut di tempatkan bukan hanya pada titik yang telah kami kunjungi saja.
Pada dasarnya wilayah yang kami kunjungi tersebut bukanlah satu-satunya wilayah rawan kristenisasi di Lamongan selatan, karena wilayah Lamongan selatan itu sangat luas. Namun sementara ini data yang kami peroleh baik dari koresponden aktifis Lamongan maupun dari tokoh maysarakat, titik sentral rawan kristenisasi di wilayah Lamongan bagian selatan adalah kecamatan Bluluk, Samben, dan Ngimbang, sehingga da’i-da’I tersebut nantinya akan berda’wah di 3 wilayah kecamatan tersebut.
Adapun kultur budaya dan karakter masyarakat Lamongan selatan dalam hal ini Kecamatan Samben dan Bluluk mereka seperti masyarakat Lamongan pada umumnya yakni berkarakter keras, bahasa Jawa ngoko. Dan merekapun masih gemar melakukan ritual syirik, diantaranya adalah Nyadran (sedekah bumi), berdoa kepada Sang Hyang Sri (dewi padi) dan lain-lain.
Adapun masalah ekonomi maka di Desa Pataan terhitung agak makmur, namun di daerah Kecamatan bluluk umumnya dan kelurahan Cangkring maka secara ekonomi mereka terhitung jauh dibawah standar. Bahkan mirisnya mereka dapat di terka, dimana kalau ada rumah dari bata maka dia beragama Kristen, dan jika ada rumah yang terbuat dari bamboo maka dia Bergama islam.
Daerah mereka antara satu Dusun dengan Dusun lainnya terpisahkan sawah dan hutan jati, jalanan pun rusak sehingga sangat jarang ada da’I yang datang kesana, dan bisa dikatakan tidak pernah ada. Para pemuda yang ada di daeah tersebut juga sudah mulai terpengaruh virus GENK.
Dan di daerah ini pun masih banyak situs peninggalan belanda, diantaranya GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan) dan beberapa bekas bangunan DAM (bendungan pengatur aliran air).
Data seputar masyarakat di daerah yang kami kunjungi:
1. Adapun untuk pekerjaan, mereka terbagi menjadi:
a. Petani
b. Pedangang
c. Buruh
d. Guru
e. Belum mendapat pekerjaan (Pengangguran)
2. Sedangkan untuk masalah agama, dapat kita bagi menjadi:
a. Islam
– Kalangan Muhammadiyyah
– Kalangan NU
– Kalangan Tarekat
– Muslim KTP (Abangan tidak shalat dll)
b. Kristen
– Protestan
– Katolik
c. Aliran sesat
– Aliran LDII
– Aliran Tarekat ekstrim (kami belum mengetahui namanya, namun mereka memajang foto mursidnya ditempat-tempat ibadah mereka, memakai kalung liontin yang terdapat foto mursidnya)
3. Jumlah Penduduk
a. Sekitar Kelurahan Pataan Kecamatan Samben
Seluruh penduduk Kecamatan Samben berdasarkan data tahun 2012 berjumlah 55.157, Sedangkan di Kelurahan Pataan yang kita kunjungi mempunyai jumlah penduduk sebanyak 3.707. Dan dari jumlah tersebut tercatat 12 kepala keluarga Kristen.
b. Sekitar Dusun Tempuran Kelurahan Cangkring Kecamatan Bluluk
Seluruh penduduk Kecamatan Bluluk berdasarkan data tahun 2012 berjumlah 24.725, Sedangkan di Kelurahan Cangkring yang kita kunjungi mempunyai jumlah penduduk sebanyak 2.670. Data tahun 2012 yang kami peroleh dari BPS mencatat dari jumlah masyarakat tersebut terdapat 241 orang Kristen, namun kini pada tahun 2014 kami mendapatkan data dari tokoh masyarakat dan hasil survey dengan jumlah 300 orang Kristen.
Fakta Unik Yang Menyedihkan
Di daerah ini terjadi problem yang agak rumit, dimana mereka yang tergabung dengan jamaah nahdliyin (NU) sangat akrab hubungannya dengan pihak gereja, bahkan mereka saling membantu satu sama lain, bahkan dalam pembangunan gereja.
Jadi, problem yang berpeluang menghambat da’wah adalah dari internal umat islam dan juga dari tekanan orang Kristen.
Solusi
Ini adalah harapan dan solusi dari kesimpulan fakta diatas:
a. Perlunya penempatan da’I tetap.
b. Pemberdayaan ekonomi (terlebih di daerah Kecamatan Bluluk umumnya dan kelurahan Cangkring khususnya).
c. Diadakannya lembaga pendidikan yang islami di daerah rawan pemurtadan tersebut untuk mengimbangi usaha kristenisasi lewat pendidikan.
d. Dai yang ada siap untuk ditempatkan di daerah berikut ini :
1 Da’i Desa Pataan
1 Da’i Dusun Tempuran & sengon
1 Da’i Dusun Wareng dan sekitarnya
1 Da’i Desa Cangkring
1 Da’i Desa Sumbergondang dan sekitarnya
1 Da’i Desa Sukorame dan sekitarnya
Tempat-tempat yang kami sebutkan di atas digunakan sebagai posko atau tempat tinggal da’i. Adapun jangkauan da’wahnya buka hanya di daerah tersebut saja, namun harus ekspansi keluar sebagaimana yang kami jelaskan pada poin C .
Demikianlah coretan yang dapat kami tuliskan sebagai laporan perjalanan kami ke daerah rawan pemurtadan di wilayah Kabupaten Lamongan bagian selatan. Semoga seluruh elemen umat Islam tahu dan sadar terhadap eksistensi pemurtadan yang kian hari makin masif. Sehingga dapat berkontribusi dana, fikiran dan tenaga untung membendungnya. Amin.
Hanya kepada Allah-lah kita menyembah, sebagai manusia kita hanya disuruh untuk berusaha menda’wahkan agama ini, urusan hidayah merupakan hak priogatif Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Alquin/AbuDawud/BaitulMaqdis.com)
Sumber : http://baitulmaqdis.com/fakta-data/fakta-kristenisasi-di-bluluk-lamongan-jawa-timur/