(baitulmaqdis.com) Kawan, cobalah lihat wajah-wajah wanita berjilbab ini, cobalah lihat wajah lelaki yang membawa lilin itu. Mereka sedang mengikuti misa di sebuah gereja katolik, namun mereka bukanlah orang kristen. Mereka adalah anak-anak orang islam, dan mereka adalah para kaum terpelajar di IAIN Walisongo Semarang.
Kawan, apakah seperti ini bentuk toleransi?. Agama islam sangat menjunjung tinggi toleransi, bahkan agama islam melarang umatnya menghina tuhan yang disembah umat lain. Namun apa benar yang seperti ini aplikasi dari sikap toleransi? yang kawan lihat di foto ini sejatinya bukanlah makna dari toleransi itu sendiri.
Jika anda mengatakan bahwa ini adalah toleransi, maka mari kita lihat apakah arti toleransi, dan bagaimana islam mengatur toleransi. Toleran dalam kamus besar bahasa indonesia adalah “bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb) yg berbeda atau bertentangan dng pendirian sendiri”. Dalam pengertian tersebut hanya tertulis kata “membiarkan/menghargai/membolehkan” dan tidak tertulis kata “ikut serta”. Lantas apakah gambar di foto tersebut sesuai dengan pengertian toleransi sendiri? jawabannya adalah tidak, karena gambar tersebut menunjukkan sebuah prilaku kebablasan.
Dalam islam sendiri batas toleransi beragama adalah “QS Al-Kafirun”. Di mana dalam surat tersebut termaktub, bahwa seorang islam tidak menyembah sesembahan orang kafir dan begitu juga orang kafir. Serta bagi orang kafir agama mereka sendiri dan kita (umat islam) tidak ikut campur, dan bagi kita umat islam agama kita dan orang kafir tidak boleh ikut campur. Dan jika sampai seorang muslim ikut misa di gereja, ikut mengucapkan natal dan lain-lain, maka itu bukan bentuk sikap toleransi, namun bentuk sikap ikut campur / intervensi. Jika kita ingin bertoleransi, maka cukup kita menghormati, membiarkan mereka beribadah selagi tidak meganggu kita, dan tidak ikut campur dan tidak ikut serta dalam ritual mereka
Orang islam haram hukumnya ikut acara keagamaan orang kafir dan inilah ajaran agama islam. Kita diperbolehkan untuk bermuamalah/hidup bersosial dengan mereka bahkan kita diharuskan berbuat baik kepada mereka kafir dzimmi. Namun jika sudah masuk ranah ritual ibadah atau semua yang menyangkut keyakinan maka islam melarang keras umatnya ikut membaur dengan mereka. Sekali lagi, kita bukan mereka dan mereka bukan kita. Lebah terbang bersama gerombolan lebah, dan burung terbang bersama gerombolan burung dan tidak mungkin lebah terbang bersama gerombolan burung.
Himbauan dari kami, jaga keluarga anda dari faham sekulerisme, pruralisme dan liberalisme, karena virus tersebut sedang menjalar di perguruan-perguruan tinggi untuk merusak pemahaman agama generasi islam.
SUMBER FOTO : Pihak gereja https://www.facebook.com/photo.php?fbid=682777051759210&set=a.100531926650395.948.100000807643327&type=1
(A.D. Ulinnuhaarwany/baitulmaqdis.com)