Wali-Wali Setan
Seorang muslim juga mengimani bahwa setan memiliki wali-wali dari kalangan manusia. Setan akan menguasai mereka lalu membuat mereka lalai dari berzikir kepada Allah ﷻ dan menjadikan mereka mudah melakukan kejahatan. Setan berupaya memanjangkan angan-angan mereka terhadap kebatilan; menulikan telinga mereka dari mendengarkan kebenaran; dan membutakan penglihatan mereka dari melihat bukti-bukti kebenaran. Sehingga, mereka selalu tunduk kepada setan dan selalu menaati perintah-perintahnya.
Setan juga selalu memperdaya mereka dengan kejahatan dan membujuk mereka untuk mengerjakan kerusakan yang dibungkus dengan hal-hal yang indah. Setan memperlihatkan kemungkaran sebagai sesuatu yang makruf, hingga mereka menganggapnya sebagai kebaikan. Dan setan memperlihatkan kemakrufan sebagai sesuatu yang mungkar, hingga mereka menganggapnya sebagai kebatilan.
Wali-wali setan selalu menjadi musuh bagi wali-wali Allah ﷻ dan senantiasa memerangi mereka. Dua kubu ini sangat berbeda. Wali-wali Allah ﷻ adalah orang-orang yang mencintai dan menolong Allah ﷻ, sedangkan wali-wali setan adalah orang-orang yang memusuhi Allah ﷻ. Wali-wali Allah ﷻ sangat mencintai dan meridhai Allah ﷻ, sedangkan wali-wali setan sangat membenci Allah ﷻ. Oleh karenanya, para wali setan itu pantas mendapatkan laknat dan murka dari Allah ﷻ.
Kalaulah seandainya muncul pada diri mereka sesuatu yang luar biasa, seperti mereka bisa terbang di langit atau berjalan di atas permukaan air, maka itu hanyalah istidraj (dilulu) dari Allah ﷻ kepada orang yang memusuhi-Nya, atau pertolongan dari setan bagi orang yang berwali kepadanya. Semua ini berdasarkan dalil Al-Qur’an, As-Sunnah, dan bukti nyata.
Dalil Al-Qur’an
..Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (AI- Baqarah: 257)
..Sesungguhnya setan-setan akan membisikkan kepada kawan- kawannya agar mereka membantah kamu. Dan jika kamu menuruti mereka, tentu kamu telah menjadi orang musyrik.” (Al-An’am: 121)
Dan (ingatlah) pada hari ketika Dia mengumpulkan mereka semua (dan Allah ﷻ berfirman), Wahai golongan jin! Kamu telah banyak (menyesatkan) manusia.’ Dan kawan-kawan mereka dari golongan manusia berkata, Ya Rabb, kami telah saling mendapatkan kesenangan dan sekarang waktu yang telah Engkau tentukan buat kami telah datang. ‘Allah ﷻ berfirman, ‘Nerakalah tempat kamu selama- lamanya, kecuali jika Allah ﷻ menghendaki lain. Sesungguhnya, Rabbmu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. ” (Al-An’am: 128)
“Dan barang siapa yang berpaling dari pengajaran Allah ﷻ Yang Maha Pengasih (Al-Qur’an), Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya. Dan sungguh, mereka (setan-setan itu) benar- benar menghalang-halangi mereka dari jalan yang benar, sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.” (Az- Zukhruf: 36-37)
“.. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (AI-A’raf: 27)
… Sesungguhnya, mereka menjadikan setan-setan sebagai pelindung selain Allah ﷻ. Mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.” (Al-A’raf: 30)
“Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman (setan) yang memuji- muji apa saja yang ada di hadapan dan di belakang mereka…” (Fushshilat: 25)
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, suiudlah kamu kepada Adam!’ Maka mereka pun sujud kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka dia mendurhakai perintah Tuhannya. Pantaskah kamu menjadikan dia dan keturunannya sehagai pemimpin selain Aku, padahal mereka adalah musuhmu…?” (AI-Kahfi: 50)
Dalil As-Sunnah
Sabda Rasulullah ﷺ saat beliau melihat sebuah bintang (meteor) yang bersinar jatuh. Beliau bertanya kepada para sahabat, “Apa yang kalian katakan pada masa jahiliah jika ada bintang jatuh seperti ini?” Mereka menjawab, “Dahulu kami menganggap kejadian tersebut sebagai pertanda kelahiran atau kematian seseorang yang mulia.” Maka Rasulullah ﷺ bersabda, “Bintang itu tidak dijatuhkan lantaran meninggalnya seseorang dan tidak nula lantaran lahirnya seseorang. Namun, ketika Rabb kita Tabaraka wa ta’ala memutuskan suatu perkara, maka bertasbihlah para malaikat pemikul Arasy, lalu bertasbihlah penghuni langit dan diikuti oleh malaikat berikutnya hingga tasbih mereka terdengar oleh penduduk langit dunia ini. Kemudian penduduk langit bertanya kepada para malaikat pemikul Arasy, ‘Apa yang telah difirmankan Rabb kita?’ lalu mereka memberi kabar kepada malaikat yang bertanya, lalu seluruh penghuni langit menanyakan kabar tersebut hingga berita tersebut sampai kepada para malaikat penghuni langit dunia. Kemudian setan mencuri dengar kabar tersebut, sehingga mereka pun dilempar. Sesudah itu setan menyampaikan berita itu kepada wali-walinya. Namun setan tidak menyampaikan berita itu apa adanya, tapi ia menambah-nambahinya. ”
Sabda Rasulullah ﷺ ketika ditanya mengenai dukun, beliau bersabda:
“Mereka tidak bernilai apa-apa.” Para sahabat bertanya, “Benar, tapi adakalanya mereka menyampaikan sesuatu kepada kami, dan menjadi kenyataan.” Rasulullah ﷺ pun bersabda, “Ucapan itu merupakan kebenaran yang dicuri dengar oleh jin, lalu dibisikkan ke telinga walinya dengan menyertakan seratus kebohongan. (HR Al-Bukhari: 8/58, Muslim dalam kitab As-Salam)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidaklah tiap-tiap orang dari kalian melainkan telah ditugaskan qarin (pendamping) kepadanya (dari bangsa jin).(HR Muslim (69) kitab Sifatul Munafiqin)
“Setan mengalir pada diri anak Adam melalui pembuluh darah, maka sempitkanlah aliran-alirannya dengan berpuasa. (HR Al-Bukhari: 3/64, 4/100)
Bukti nyata
Adanya penglihatan dan kesaksian ratusan ribu manusia terhadap keadaan-keadaan (perbuatan- perbuatan) aneh yang dialami oleh wali-wali setan, di setiap waktu dan tempat.
Di antara mereka ada yang didatangi setan dengan membawa bermacam-macam makanan dan minuman. Ada yang dipenuhi kebutuhan – kebutuhannya oleh setan.Ada yang diajak berbicara oleh setan tentang urusan-urusan gaib dan diperlihatkan beberapa urusan-urusan yang tersembunyi. Ada yang tidak mempan ditebas senjata tajam. Ada yang didatangi setan yang menjelma sosok lelaki saleh ketika ia meminta pertolongan orang saleh tersebut, dengan tujuan untuk menipunya, menyesatkannya, dan membawanya kepada kesyirikan kepada Allah ﷻ dan memaksiati-Nya. Ada juga yang terkadang dibawa setan ke negeri yang jauh, atau didatangi oleh setan dengan membawa beberapa orang atau keperluan dari beragam tempat yang jauh-iauh. Juga perbuatan-perbuatan lainnya yang semua itu oleh setan dan jin yang durhaka lagi jahat.
Munculnya perbuatan-perbuatan setan tersebut merupakan akibat dari buruknya jiwa anak Adam lantaran melakukan beragamn keburukan, kerusakan, kekufuran, dan kemaksiatan yang jauh dari kebenaran, kebaikan, keimanan, ketakwaan, dan kesalehan. . Hingga akhirnya anak Adam mencapai satu titik derajat kekejian dan keburukan jiwa yang bersatu dengan ruh-ruh setan yang terwujud dalam bentuk kekejian dan keburukan.
Pada saat itu, sempurnalah perwalian antara dirinya dan setan, sehingga mereka saling memberikan bisikan dan saling bantu-membantu dengan apa yang mampu mereka lakukan. Karena itulah, saat dikatakan kepada mereka kelak di hari Kiamat, “Wahai golongan jin! Kamu telah banyak (menyesatkan) manusia.” Maka wali-wali mereka dari golongan manusia berkata, “Ya Rabb, kami telah saling mendapatkan kesenangan.” (Al-An’am: 128).
Adapun perbedaan antara karamah wali-wali Allah ﷻ dan perbuatan- perbuatan setan (ahwal syaithaniyah) ialah tampak pada perilaku orang tersebut dan keadaannya. Jika ia termasuk orang yang memiliki keimanan, ketakwaan, dan berpegang teguh dengan syariat Allah ﷻ secara lahir dan batin, maka kejadian luar biasa apa pun yang ia alami adalah karamah dari Allah ﷻ untuk dirinya. Namun, jika ia termasuk orang yang gemar melakukan kekejian, keburukan, jauh dari ketakwaan, serta tenggelam dalam beragam kemaksiatan yang menjerumuskannya ke dalam kekufuran dan kerusakan, maka kejadian luar biasa apa pun yang ia alami hanyalah sejenis istidraj (dilulu) atau bantuan dan pertolongan wali-walinya dari golongan setan kepada dirinya.
Sumber : Minhajul Muslim, Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairy
