Seorang muslim mengimani uluhiyah (ketuhanan) Allah ﷻ atas seluruh makhluk, dari yang pertama hingga yang terakhir, tidak ada ilah selain Dia, dan tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah. Hal ini berdasarkan dalil- dalil naqli dan aqli, juga karena hidayah Allah sebelum itu semua. Sebab, barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka ia adalah orang yang mendapat hidayah. Dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Dalil-Dalil Naqli
 Pertama, kesaksian Allah, para malaikat, dan ahlul ilmi tentang uluhiyyah-Nya. Allah Ta’aala berfirman:
Pertama, kesaksian Allah, para malaikat, dan ahlul ilmi tentang uluhiyyah-Nya. Allah Ta’aala berfirman:
“Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; (demikian pula) para malaikat, dan orang yang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (Qs. Ali-Imran: 18)
Kedua, pemberitahuan dari Allah tentang uluhiyyah-Nya dalam banyak ayat di dalam kitab-Nya yang mulia.
“Allah, tiada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Mahahidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur.” (Qs. Al-Baqarah: 255)
“Dan Rabb kamu adalah Rabb Yang Maha Esa, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Mahapengasih, Mahapenyayang.” (Qs. Al-Baqarah: 163)
Allah Ta’ala juga berfirman kepada Nabi Musa ‘alaihis salaam:
“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku, maka sembahlah Aku.” (Qs. Thaha: 14)
Allah juga berfirman kepada Nabi Muhammad ﷺ :
“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah.” (Qs. Muhammad: 19)
Allah juga berfirman memberitahukan tentang diri-Nya:
“Dialah Allah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dialah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Dialah Allah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Maharaja Yang Mahasuci…” (Qs. Al-Hasyr: 22-23)
Ketiga, pemberitahuan dari para rasul-Nya tentang uluhiyyah-Nya dan seruan mereka kepada kaum mereka untuk mengakui uluhiyyah-Nya dan beribadah kepada-Nya semata, tidak kepada yang lain-Nya. Nabi Nuh ‘alaihis salaam berkata:
“Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia.” (Qs. Al-A’raf: 59)
Seperti halnya Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Shaleh, dan Nabi Syu’aib ‘alaihimus salaam, tidak seorang pun dari mereka kecuali menyeru, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah saja! Tidak ada tuhan (sesembahan) bagimu selain Dia.”
Nabi Musa juga berkata kepada Bani Israil:
“Pantaskah aku mencari tuhan untukmu selain Allah, padahal Dia yang telah melebihkan кamu atas segala umat (pada masa itu)” (qS. Al- A’raf: 140)
Nabi Musa mengatakan hal tersebut ketika Bani Israil meminta beliau agar menjadikan untuk mereka ilah dari berhala yang akan mereka sembah.
Adapun Nabi Yunus ‘alaihis salaam berkata dalam tasbihnya:
“Bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” (Qs. Al-Anbiya’: 87)
Nabi kita, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam dalam tasyahudnya ketika shalat membaca:
“Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.”
Dalil-Dalil Aqli
Pertama, sesungguhnya, rububiyyah Allah yang tetap tanpa ada perselisihan itu menuntut dan mewajibkan uluhiyah-Nya. Bahwasanya, Rabb yang menghidupkan dan mematikan; memberi dan mencegah; memberi manfaat dan mudarat, Dialah yang berhak terhadap peribadatan para makhluk-Nya dan lebih wajib untuk dijadikan sebagai ilah (sesembahan) dengan ditaati, dicintai, diagungkan, disucikan, dan ditakuti.
Kedua, jika setiap makhluk diatur oleh Allah, dengan arti bahwa Dia-lah satu-satunya yang menciptakan, memberi rezeki, mengatur segala urusan, dan mengambil tindakan terhadap segala keadaan dan urusan mereka, maka sangat tidak logis jika ada yang menjadikan ilah dari makhluk-makhluk-Nya yang sangat membutuhkan-Nya? Jika tidak mungkin ada makhluk yang menjadi ilah, maka sudah pasti bahwa pencipta semua makhluk tersebut adalah ilah yang nyata dan sesembahan yang benar.
Ketiga, Allah menyifati diri-Nya dengan sifat-sifat kesempurnaan yang mutlak yang tidak dimiliki oleh selain-Nya. Sebagaimana Dia adalah Zat yang Mahakuat, Mahakuasa, Mahatinggi, Mahabesar, Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Belas Kasih, Mahalembut, dan Mahateliti. Semua sifat-sifat kesempurnaan itu mengharuskan para hamba-Nya untuk menghambakan hatinya kepada-Nya dengan mencintai dan mengagungkan-Nya, serta menghambakan anggota badan mereka kepada-Nya dengan menaati dan tunduk kepada-Nya.
wallaahu a’lam

 
         
         
         
                       
                       
                      