Entah sebab apa keraguan itu menyeruak dari diri seorang Koh Fandy Gunawan yang kini menjadi pengurus Mualaf Center Indonesia (MCI) Jakarta. Rasa ingin tahu yang besar terhadap agama lain, Islam contohnya. ia perlahan mulai menelaah bahwa agama keturunannya ini banyak memiliki pertanyaan yang tidak terjawab. Alih-alih tetap bertahan dengan keyakinannya, ia mencari tahu lebih dalam akan jawaban-jawaban yang belum ia temukan.
Serupa orang yang sedang kasmaran, makin ia dekat makin ia mulai mengenal Islam semakin pula ia menggali lebih dalam ibarat mutiara yang ada di dalam samuder, namun apakah sesimple itu untuk meruntuhkan keyakinan lamanya? of course not. Kisah Nabi Ibrahim menjadi salah satu dalil dari bible itu sendiri kenapa ia harus meninggalkan agama yang telah ia genggam sejak lahir. Sampai ketika ia semakin ragu dan timbul beragam pertanyaan, namun ia tidak lantas berlabuh ke Islam, mengingat minimnya pengetahuan tentang Islam dan lingkar pertemanan orang-orang Islamnya.
Tapi Allah selalu punya jalan untuk menarik hamba-Nya kembali kepada fitrahnya, sampai terjadilah puncak keraguan akan agamanya selama ini “Tidak perlu bertanya tentang neraka, sebab itu hanya untuk orang-orang yang tidak percaya Yesus sebagai juru selamat” begitu yang dulu Koh Fandy diminta oleh pemuka agamanya sebelum ia memeluk Islam. Justru dengan jawaban itu membuatnya bingung. sedangkan doktrin lainnnya adalah, Yesus datang untuk menebus dosa-dosa manusia tanpa terkecuali, lantas dosa yang mana yang di tebus?”
Pergolakan itu mulai ia nikmati sampai pada titik ia memilih untuk menerima Islam kepada hidupnya. dan apakah tidak ada hambatan? Tentu, bahkan hambatan itu menjadi bagian daripada cerita kehidupannya yang menarik, lengkapnya silahkan saksikan cerita beliau pada link berikut;