Alhamdulilah kabar gembira dibawa angin melintasi samudera dari Pulau Sumba menuju Ibukota Jakarta. Tepat di Yayasan Baitul Maqdis Pusat, pagi hari tadi telah sampai tiga putri bersama satu Ustadzah Ummu Ridho di terminal yang tak jauh dari kantor kami setelah melalui perjalanan laut kurang lebih 4 hari lamanya. Kami menjemputnya dan membawa mereka untuk istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke Pondok Tahfidz dan Rumah Qur’an di bilangan Depok, Jawa Barat. Sedang sebelumnya di hari Ahad kemarin kami mengunjungi santri asal NTT juga yang setahun lalu sudah mengenyam pendidikan di Pondok Tahfidz Alam Islami di Bogor, Jawa Barat.
Banyak cerita unik yang terjadi sebelum, ketika dan saat sampai, para santri tersebut yang memang lebih dominan Muallaf nampak malu-malu, beda nian dirasa dengan banyak gadis seumurannya di Ibukota yang justru sedari kecil muslim tapi lebih banyak yang asik dengan dunianya ketimbang persiapan akhiratnya, memang tidak semua tapi prosentase itu membuktikan bahwa kenakalan remaja di era informatika hari ini jauh terbawa arus bebas yang akan merugikan mereka sendiri dan keluarga, terlebih seorang muslimah.
Kami betul-betul melihat semangat dari gadis-gadis rentang usia 14 tahun sampai 23 tahun ini. Bahkan ketua Yayasan Baitul Maqdis Cabang Sumba, Ustadz Abdurrahman Wali yang juga sebagai penanggung jawab Program Kaderasi Da’i ini menceritakan bahwa beliau di hubungi oleh mereka berawal Via Chat Whatsapp agar segera membawa mereka ke Pondok pesantren/Tahfidz untuk melanjutkan cita-cita dan harapan mulia mereka.
Saat itu Ustadz Abdurrahman juga bingung, kita fahami betapa butuh perjuangan dan effort yang tak biasa ketika mempersiapkan keberangkatan santri dari pedalaman NTT menuju Kota-kota besar. Dari fisik yang harus di persiapkan diawal, pondok, Tahfidz, Rumah Qur’an atau Sekolah Berbasis Islam yang akan di tuju dan menerima dengan kapasitas calon santri, serta persiapan operasional yang harus memadai. sedang di Cabang Sumba pun kami masih berupaya untuk membangun Rumah Qur’an sebagai basis kaum muslimin yang minoritas agar mampu saling bahu membahu membangun juga peradaban Islam yang penuh berkah disana sehingga banyak manfaat yang diambil oleh masyarakat sekitar.
Oh iya, ada juga santri kami yang orang tuanya yang masih non muslim meminta anaknya agar di masukan pondok pesantren, sebab mungkin bagi mereka pendidikan formal yang kurang memadai dan dirasa belum mampu menunjang untuk anak-anak mereka dengan berbagai faktor yang lain lepas itu mereka gantungkan harapan mungkin, jika kelak anak-anak mereka menjadi seorang Ustadz/ustadzah atau Guru mampu memberikan kontribusi bagi anak-anak yang lain disana.
Sebelum mereka berangkat menuju Rumah Qur’an Fastabiqul Khairat kami meminta mereka semua para santri untuk mengisi Formulir Biodata Diri mereka dan Orang Tua seperti yang sebelumnya mereka telah kirim Via Whatsapp sesaat sebelum mereka kami setujui untuk melanjutkan pendidikan di jenjang selanjutnya. Pengisian Form pertanyaan dan harapan-harapan itu kami baca dengan seksama. Tulisan tangan yang naik turun, ada besar kecil huruf, dan kekurangan lainnya tergilas oleh harapan-harapan mereka diakhir kolom. Cita-cita dan harapan mereka menjadikan kami yakin dan lebih kuat bahwa kelak anak-anak ini akan melanjutkan estafet dakwah di pedalaman Sumba, memberikan cahaya bagi mereka yang masih belum mendapat sorotan cahaya atau bagi saudara-saudara seiman yang masih jauh daripada apa yang Rabb-Nya mau, sebab bukan apa dan bagaimana kekurangan pengajar atau Da’i disana menjadi salah satu alasan daerah muslim minoritas akhirnya terbelakang perihal ilmu-ilmu agama.
Kami bahagia membaca cita-cita dan harapan mereka di program pendidikan ini. Program Pendidikan Kaderisasi Da’i dari kalangan Muallaf dan Dhuafa. Kami berharap apa yang mereka cita-citakan Allah kabulkan, meski dengan semua keterbatasan yang kami miliki, kami yakin sepenuhnya bahwa kami bukanlah siapa-siapa jika Allah tak membantu kami dengan kasih sayangNya.
Do’a kalian adalah salah satu pengobat dari tiap kesulitan-kesuliatan di medan dakwah. Namun Sahabat Baitul Maqdis yang Allah Rahmati, teruslah berkontribusi untuk dakwah meski jiwamu tak sampai pada tiap tapak bumi di pedalaman, lisanmu tak mampu menyampaikan bait-bait suci, ambilah jalan yang masih dimampu. Sebab boleh jadi, amalan Istiqomah itu yang akan menyelamatkan kita kelak di Hari Akhir. Lakukan apa yang kita bisa untuk Islam sehingga kita termasuk kedalam golongan mereka yang memudahkan urusan orang lain, sehingga janji Allah melalui lisan Nabi-Nya Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam hadist diberikan kepada kita.
Dari Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allâh Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. HR. Muslim (no. 2699).
Teruslah berharap kepada Allah agar kita semua selamat dari jilatan api neraka karena Rahmat Allah sebab amal-amal shalih yang kini kita kumpulkan sedikit demi sedikit. Barakallahu Fiikum Jami’an.