Because I Love Jesus
Anda Bertanya, Muallaf Menjawab (Seri Keempatbelas)
TANYA JAWAB SEPUTAR HARI NATAL
Tulisan ini adalah artikel berseri yang secara langsung ditulis oleh Ust. Insan Ls Mokoginta pakar Kristologi Nasional peraih penghargaan mualaf award, silahkan disebarluaskan demi kemaslahatan umat.
Brian: Setiap tahun umat Kristiani mengucapkan “Selamat Idul Fitri”. Apakah saat Hari Natal kita boleh membalas dengan mengucapkan “Selamat Hari Natal?”
Mualaf : Sudah kami jelaskan sebelumnya, bahwa Natal dan Idul Fitri adalah dua hal yang berbeda, bahkan tidak ada hubungannya sama sekali. Idul Fitri berarti kita memperingati ‘Hari Kemenangan’, sementara Natal mereka memperingati ‘Hari Kelahiran Tuhan’. Jadi jika mereka ucapkan selamat pada kita yang memperingati hari kemenangan, itu tidak masalah bagi mereka. Tapi jika kita mengucapkan selamat atas ‘Hari Kelahiran Tuhan’ itu jelas bermasalah, sebab Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan. Bukankah tiap hari kita baca Lam Yalid Wa Lam Yulad (Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan).
Brian: Tapi menurut sebagian umat Islam, katanya sebagai tanda toleransi kita boleh mengucapkan “Selamat Hari Natal”.
Mualaf : Justru bicara ‘toleransi’ umat Islamlah yang paling toleran. Buktinya tiap tahun banyak umat Islam ada yang mau ucapkan ‘Selamat Hari Natal’ kepada mereka, karena ketidaktahuan mereka. Tapi pernahkah ada umat Kristiani mengucapkan “Selamat Atas Kelahiran Nabi Muhammad” saat umat Islam memperingati Maulid Nabi Muhammad tiap tahun? Tidak pernah kan? Kalau begitu siapa yang tidak toleran?
Brian: Adakah ayat Al-Qur’an yang secara langsung melarang mengucapkan “Selamat Natal” kepada mereka?
Mualaf : Secara langsung memang tidak ada! Tapi peringatan dan larangan keras, jelas tertulis dalam Al-Qur’an seperti Qs. Maryam: 88-91,
“(88)Wa qaaluttakhadzarrahmaanu waladaa.
Dan mereka berkata: “Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.
(89)Laqad ji’tum syai’an iddaa.
Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar,
(90)Takaadus-samaawaatu yatafattarna minhu wa tansyaqqul-ardhu wa takhirrul-jibaalu haddaa.
Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh.
(91) An da’au lir-rahmaani waladaa.
Karena mereka menda’wakan Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak.
Firman Allah tersebut bukti betapa marahnya Allah SWT karena mereka mendakwakan Dia mempunyai anak. Juga dalam QS. Al-Maidah: 72, Allah mencap mereka ‘kafir’ dan bakal kekal di api neraka, karena mereka berbuat dosa syirik yaitu menuhankan Yesus:
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam”, padahal Almasih berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku & Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, & tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolongpun.” Berdasarkan ayat-ayat tersebut, jelas amat sangat tidak mungkin Allah membolehkan mengucapkan ‘Selamat Hari Natal’ pada saat mereka sedang memperingati hari raya ‘syirik akbar’. Mestinya mereka itu kita dakwahi ke jalan yang benar.
Brian : Adakah solusi untuk menghindar dari mengucapkan ‘Selamat Hari Natal’ kepada mereka saat mereka sedang bernatalan? Masalahnya banyak umat Islam yang bekerja pada suatu perusahaan dimana pemimpinnya non muslim. Ada juga komandannya non muslim, bosnya atau atasannya non muslim.
Mualaf : Biasanya setiap ketemu siapapun kenalan kita, selalu bersalaman. Nah jika ketemu dengan mereka pada saat hari Natal (asal bukan sengaja bernatalan), ketika bersalaman, jangan ucapkan ‘Selamat Natal’, tapi ganti dengan ucapan: “Semoga Allah memberi petunjuk & Hidayah kepada Anda di Hari ini.” Jika terlihat mereka kaget dengan ucapan tersebut, segera kita timpali ‘itu doa saya kepada anda, apakah saya tidak boleh mendoakan anda?’. Biasanya mereka akan ucapkan: ‘oh ya, terima kasih, terima kasih’. Mengucapkan ‘Selamat Natal’ pasti dapat dosa. Tapi mengucapkan ‘Semoga Allah memberi petunjuk & hidayah kepada anda di hari ini’ Insya Allah dapat pahala. Mendoakan non muslim dibolehkan selagi mereka masih hidup, agar diberi hidayah oleh Allah SWT agar mereka memeluk Islam sebagai agama yang rahmatan lil aalamiin, yang bisa menyelamatkan mereka sampai ke akhirat kelak.
Brian: Bagaimana dengan ucapan “Selamat Tahun Baru?”, apakah boleh kita mengucapkannya?
Mualaf : Jika saya balik, apakah setiap tahun ketika umat Islam memperingati “Tahun Baru Hijriah/Tahun Baru Islam”, adakah umat Kristiani mengucapkan kepada anda “Selamat Tahun Baru Islam”? Tidak pernah kan? Menurut saya itu juga tidak perlu, sebab tahun baru 1 Januari adalah tahun baru Masehi. Masehi artinya ‘Kristen’. Jadi Tahun Baru Masehi adalah Tahun Baru Kristen, Sebab dihitung sejak tahun kelahiran Yesus. Jadi tidak perlu kita ucapkan ‘selamat tahun baru’ sebab kita tidak meyakini Yesus lahir tgl 25 Desember apalagi 1 Januari.
Brian: Bagaimana dengan kebiasaan meniup ‘terompet’ pada saat “Hari Natal” dan menyambut Tahun Baru setiap tgl 1 Januari? Apa boleh umat Islam mengikutinya?
Muallaf : Menurut saya, itu tidak perlu. Sebab umat Islam meyakini Yesus tidak lahir pada tgl 25 Desember maupun tgl 1 Januari. Tidak ada satu manusia Yesus tidak lahir pada tgl 25 Desember maupun tgl 1 Januari. Tidak ada satu manusia di dunia ini mengetahui kapan tanggal dan hari kelahiran Yesus. Terompet dalam bahasa Alkitab disebut “nafiri”. Saya masih ingat ketika masih anak-anak sering menyanyikan lagu: “Tiup Nafiri dan bunyikanlah….Yesus mau datang lagi. Datang lagi,….datang lagi….Yesus mau datang lagi!” Jadi meniup NAFIRI atau meniup TEROMPET saat Natalan dan Tahun Baru, sama saja kita meniup terompet dalam rangka menyambut kedatangan Yesus. Na’udzubillahi mindzalik!
(Bersambung)