Perjalanan Syafari Dakwah pada bulan Ramadhan 1440 H kali ini merupakan kegiatan pertama kalinya saya langsung terjun Dakwah di Masyarakat. Yang mana puasa Ramadhan kali ini adalah kali ke sepuluhnya saya tidak sahur dan berbuka bersama keluarga selama 1 bulan penuh selama 10 tahun. Kadang rasa ingin berkumpul dengan keluarga membuat saya rindu akan hal itu, akan tetapi demi mengemban amanah ini, mengemban amanah dakwah yang diberikan Yayasan Baitul Maqdis kepada saya maka kujalankan amanah ini dengan semaksimal mungkin.
Saya ditugaskan oleh Yayasan Baitul Maqdis yang bekerjasama dengan Pesantre Tinggi AL Islam di daerah dekat dengan gunung lawu tepatnya di Desa Pucangan, sebuah desa di wilayah Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur. Desa Pucangan terdiri dari tiga dukuh yaitu Banyumeneng, Pucangan dan Kawis. Banyumeneng terbagi menjadi 4 bagian (dusun) yaitu Banyumeneng, Pondok, Pendhem dan Dawung.Kawis terdiri dari tiga juga yaitu Kawis, Kendang dan Bedingin. Sedangkan Pucangan terdiri dari Sadaan, Pucangan, Serut dan Patoman.
Lalu lintas di daerah desa pucangan selalu lancar dengan jalan yang telah dibangun oleh pemerintah dengan aspal yang halus memudahkan kehidupan masyarakat sehari hari. Namun yang disayangkan besarnya jalan dan sepi serta lancarnya keadaan menjadikan beberapa pengendara dengan bebasnya mengendarai dan seringnya terjadi kecelakaan.
Masyarakat di desa Pucangan didominasi oleh ormas MTA (Majlis Tafsir Al Qur’an), NU, dan Muhammadiyyah yang saling toleran satu sama lain.
Daerah Ngawi juga merupakan bekas basis PKI maka masih tersisa keturunan-keturunan mereka dan bibit-bibit ini mulai menampakkan eksistensi dan perlawanan mereka. Bahkan tempat tinggal yang saya tempati sekarang adalah salah satu korban pembunuhan yang dilakukan oleh PKI yang bernama Alm. Mbah Dimyanti. Dan dikuburkan tepat di depan masjid yang telah dihalangi oleh 2 tembok besar dan di tengah-tengahnya adalah jalan setapak yang biasa dilalui oleh jama’ah.
Gerakan Kristenisasi di Ngawi tidak terlalu pesat, akan tetapi menurut informasi yang kami dapatkan, ada bibit2 jangka panjang kristenisasi. Ditandai dengan banyaknya pohon cemara yang ditanam di beberapa tempat sebagai tanda target untuk kristenisasi beberapa tahun kemudian.
Salah satu pohon yang telah di tanami pohon cemara adalah halaman depan MAN Ngawi, tepat di sebrang jalan dengan lokasi tempat tinggal saya. Ada 2 pohon Yang kira-kira sudah tinggi sampai 20 m, dan ada pula yang kecil.
Akan tetapi dengan adanya tanda-tanda di atas masih ada remaja-remaji dan anak-anak yang masih semangat untuk belajar Al Qur’an. walaupun masih juga banyak remaja yang belum tergugah hatinya untuk belajar ilmu Agama. Ini bertanda bahwasanya tidak hanya ketika bulan Ramadhan saja dikirim Da’i sebagai pengajar selama satu bulan, akan tetapi dibutuhkannya Da’i yang siap menatap di desa pucangan ini.
Mengingat lokasinya banyak sekali lahan yang kosong dan tidak digunakan, dan akan lebih baik didirikannya Pondok Pesantren.
Pernah saya berbincang-bincang dengan remaja Masjid bahwa dulu pernah ada pondok pesantren di sekitar Masjid Syarif Hidayatullah akan tetapi Pondok tersebut sudah tidak ada lagi, dikarenakan meninggalnya pimpinan Pondok Pesantren tersebut.
Dengan masih adanya anak-anak yang semangat untuk mengaji dan belajar ilmu Agama, menjadikan saya dan teman saya semangat untuk mengajar mereka, walaupun ada aja yang susah diatur, yupsss,,,namanya juga anak-anak. Terkadang melihat wajah ceria mereka sejenak menjadikan saya lupa bahwa saya rindu akan kampung halaman, walaupun hanya sesaat.
15 Ramadhan 1440 H / 20 Mei 2019
Akhukum : Muhammad Lutfi Hasan
Tempat tugas : Desa Pucangan, sebuah desa di wilayah Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur.