BaitulMaqdis.com — Amerika Serikat bisa dibilang sebagai pusat dan kiblat para penganut Kristen. Negara Paman Sam itu, boleh dibilang mayoritas 250 juta penduduknya beragama Kristen. Di negeri itu, berbagai kelompok gerakan Kristen dan penginjil lahir, dan melakukan penginjilan ke seluruh dunia.
Amerika Serikat melakukan intervensi ke berbagai negara termasuk di negara-negara Islam di seluruh dunia. Intervensi Amerika Serikat itu, ke berbagai negara itu, bermacam-macam, mulai dari sangat “soft” (lunak), sampai menggunakan kekuatan militer, seperti terhadap Afghanistan, Irak, Suriah, dan yang lebih dahulu di Vietnam.
Maka, CSW (Cristian Solidarity Worldwid), mendesak Jokowi untuk “membahas” tentang umat Kristen Indonesia yang di zalimi oleh umat Islam dan pemerintah.
Karena itu, Christian Solidarity Worldwide (CSW), menyerukan Amerika Serikat untuk membicarakan sejumlah kasus, yang dianggap sebagai praktek intoleransi beragama di Indonesia, saat Presiden Jokowi mengunjungi negara itu akhir pekan ini.
“Tradisi pluralisme agama dan toleransi di Indonesia telah ditantang dalam beberapa tahun terakhir dan CSW mendesak Presiden Obama untuk membicarakan nasib agama minoritas dengan Presiden Joko Widodo ketika ia mengunjungi AS,” kata kepala eksekutif CSW Mervyn Thomas sebagaimana dikutip dari laman Premier Christian Radio.
“Kami terus menyerukan Presiden Widodo untuk memastikan pencabutan undang-undang diskriminatif yang mempengaruhi agama minoritas dan untuk memastikan bahwa pelanggaran kebebasan beragama diselidiki dan pelakunya dibawa ke pengadilan,” ujar Thomas.
Seperti diberitakan awal pekan ini, gedung Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi (GKPPD) dan Undung-Undung (kapel) Katolik di Desa Mandumpang, dirubuhkan oleh pemerintah di Aceh Singkil.
CSW menilai serangan itu merupakan bentuk pengabaian terhadap keberadaan kelompok agama minoritas dan kurangnya tindakan pemerintah untuk menemukan dan mengadili mereka yang bertanggung jawab. Lembaga itu bahkan telah menerbitkan laporan khusus tentang Indonesia yang merinci keengganan pemerintah untuk bertindak mengatasi praktek intoleransi agama dan kekerasan.
Dalam kasus gereja Yasmin di Bogor yang tidak menapatkan izin pemerintah daerah, sampai mereka melakukan aksi kebaktian di depan Istana, saat zamannya Presiden SBY. Kalangan gereja juga melaporkan SBY kepada Lembaga Hak Asasi Internasional di bawah PBB, tentang pelarangan pendirian ‘gereja Yasmin di Bogor.
Kalangan Gereja yang terdidi dari PGI (Persekutuan Gereja Indonesia) dan MAWI (Majelis Wali Gereja Indonesia), bersama dengan tokoh-tokoh Ormas lainnya, meminta kepada pemerintah SBY, agar SKB Tiga Menteri dicabut, dan bahkan mengatakan pemerintah SBY sebagai “pembohong”. Pencabutan SKB Tiga Menteri menjadi agenda utama mereka.
Kalangan gereja tidak pernah merasa puas terhadap perkembangan kehidupan keagamaan di Indonesia, sampai semua Muslim murtad. Muslim di Indonesia hanya tinggal beberapa gelintir. Sekarang mereka terus meneriak tentang toleransi. Tjujuannya memudah gerakan terselubung mereka dalam melakukan pemurtadan bisa mulus.
Mereka menggunakan, sekolah, lembaga sosial, dan lembaga charitas lainnya, termasuk media untuk memurtadkan Muslim. tapi tetap belum puas. Gerakan mereka sudah menyusup di kalangan ormas Islam, sampai ke perguruan tinggi Islam, seperti UIN memasukan doktrin tentang toleransi dan plurasime.
(Sumber: voa-islam.com)