BaitulMaqdis.com – Puyang sebuah dusun di desa Tajuk kecamatan Getasan kabupaten Semarang terletak di jajaran kaki gunung Merbabu sebelah utara. Dusun dengan jumlah penduduk 170an jiwa namun dari sekian jumlah tersebut hanya sekitar 14 jiwa saja yang memeluk agama Islam itupun 2 KK (kepala keluarga) merupakan warga pendatang sedangkan selebihnya beragama Kristen.
Menurut bapak Budi narasumber BaitulMaqdis.com seorang warga pribumi beragama Islam beliau menceritakan kondisi yang sudah minoritas seperti ini ditambah pula dengan tidak adanya sarana beribadah bagi kaum muslimin baik berupa masjid maupun mushalla yang ada hanyalah 1 gereja sebagai rumah peribadatan bagi kalangan Nasrani.
“Jangankan untuk shalat berjama’ah lima waktu untuk menunaikan shalat Jum’at kami harus pergi ke kampung sebelah begitu juga dengan ibadah shalat terawih”, tutur bapak yang sudah berkepala empat tersebut.
Beliau menambahkan, “sehingga dalam menunaikan shalat lima waktu kami biasa shalat di rumah masing-masing”.
Apakah kondisi seperti ini memang demikian adanya, ternyata menurut penuturan bapak Panut ayah kandung dari bapak Budi yang sudah berdomisili di dusun Puyang ini selama kurun waktu lebih dari 50 tahun bahwa dahulunya penduduk dusun Puyang ini mayoritasnya merupakan pemeluk agama Islam bahkan bapak Panut mengatakan, “dulu dusun Puyang itu seluruhnya Islam semua malah dulu juga ada mudinnya (tokoh Islam)”.
Kemudian kakek yang sudah sangat sepuh tersebut menjelaskan salah satu penyebab berpindahnya penduduk setempat dari agama Islam menjadi agama Kristen adalah, “jadi pada saat itu ada seorang tokoh masyarakat yang masih terhitung keluarga dari istri saya yang memang seorang Kristen kemudian dia menjabat menjadi lurah lalu masyarakat pun ikut berpindah agama semua”.
Sehingga semenjak saat itu berbagai usaha untuk mengajak berpindah agama ke Kristen pun mulai gencar, bapak Budi menyampaikan bahwa sejak kecil ketika masih duduk di bangku sekolah dasar beliau sudah sering mendapat tawaran berupa beasiswa pendidikan sampai tamat perguruan tinggi dengan syarat mau berpindah keyakinan atau murtad memeluk agama Kristen, tetapi karena arahan dan pengajaran dari kakek Panut ayah kandung beliau sendiri dan lebih dari itu adalah karena hidayah dari Allah Ta’ala pada saat itu alhamdulillah beliau mampu menolak semua tawaran itu.
Dan terkait masalah intimidasi ataupun deskriminasi apakah juga beliau rasakan sebagai warga muslim minoritas di tengah mayoritas pemeluk agama Kristen beliau mengatakan, “kalau secara nampak atau dlahirnya memang tidak tetapi itu bisa kami rasakan dalam hal hubungan sosial kemasyarakatan, yang terkadang dapat kami rasakan bahwa mereka menganggap kami berbeda”, terang bapak yang setiap hari bekerja sebagai petani tersebut.
Menurut bapak Budi kondisi serta realita penduduk dusun Puyang yang jauh berubah dari yang dulu sebelumnya mayoritas menjadi minoritas muslim seperti sekarang ini tidak terlepas dari sebuah faktor utama yang menyebabkan hal itu terjadi, “mayoritas penduduk di dusun Puyang ini perekonomiannya tergolong di bawah rata-rata mas atau istilahnya menengah ke bawah dan mata pencaharian kebanyakan orang sini bercocok tanam makanya rentan sekali kalau mereka goyah imannya lantaran diiming-imingi berbagai tawaran menggiurkan apalagi mereka sangat awam”.
Demikianlah keterangan yang diberikan oleh bapak Budi serta kakek Panut ayah kandung beliau terkait kondisi daerah atau dusun tempat tinggal mereka kepada koresponden BaitulMaqdis.com.
by: koresponden BaitulMaqdis.com