BaitulMaqdis.com – Bogor- Jika pada tanggal 3 kemaren bulan Oktober 2014 ini, dunia maya dihebohkan dengan beredarnya rekaman investigasi adanya kristenisasi di moment Car Free Day, belum lama ini sebagaimana diberitakan media Suara Islam Online, pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Fajrussalam Sentul Bogor KH. Mukti Ali didampingi Ustaz Herwan Ketua Santri Bela Agama dan Negara (Sabilana) majelis Az Zikra serta sejumlah pengasuh Ponpes mendatangi Polres Kabupaten Bogor Selasa malam (5/11/2014) untuk melaporkan upaya kristenisasi dan pemurtadan terhadap warga Sentul. Puluhan warga telah menjadi korban pemurtadan berkedok wisata. Mereka dikumpulkan oleh Asih, seorang pembantu rumah tangga yang disuruh oleh majikannya Ibu Tinah seorang Nasrani yang tinggal di perumahan Tampak Siring Sentul.
“Kejadiannya pada Ahad lalu, jam 6 pagi puluhan warga disediakan 8 bis dan diajak jalan-jalan gratis ke Jakarta. Bilangnya acara di Kementrian Perindustrian tapi malah dibawa ke Monas. Lalu kawan saya di Jakarta memantau acara tersebut, ternyata memang benar warga Sentul di ajak ke Monas. Di acara bertajuk Gelar Budaya Rakyat tersebut ada stand untuk curhat, setiap orang dipegang pundaknya, diminta menceritakan masalahnya lalu diomongin kalimat-kalimat pemberkatan,” ujar Ustaz Muchtar, pengasuh Ponpes Fajrussalam kepada Suara Islam Online, Selasa malam (5/11/2014).
“Selain itu mereka juga diajak acara dipanggung, disitu ada beberapa orang yang membuat kesaksian telah sembuh dari sakitnya karena mukjizat Tuhan. Ada kalimat-kalimat ‘kita butuh makan, kita butuh hidup layak, dan semua itu bisa kalau ada Tuhan yang memberkati kita’, peserta seperti dihipnotis dan diobati ala mereka,” tambahnya.
Acara tersebut juga menghadirkan Nafa Urbach (artis yang murtad pada 2007 lalu), Patudu Manik (penyanyi lagu rohani Kristen), dan Joe Saint Loco (vokalis band beragama Nasrani).
Warga kembali ke Sentul pada pukul 2 siang, sebelum turun dari bis, Ustaz Muchtar dan kawan-kawan membimbing warga agar teguh dalam keyakinan Islam. “Sebelum turun dari bis, barang-barang yang diberi saat acara kita periksa, ternyata barang-barang tersebut ada lambang salibnya, ada kalimat Indonesia makmur, dan diselamatkan. Umumnya warga mengaku tidak tahu apa-apa, setelah itu kita beritahu seputar bahaya pemurtadan dan mereka kita syahadatkan kembali khawatir tanpa sadar telah mengucapkan kalimat kekufuran,” ungkapnya.
Menurut pengakuan warga yang ikut acara tersebut, ternyata kejadian ini bukan yang pertama kali, sebelumnya orang-orang yang sama pada 10 Syawal lalu pernah dibawa ke Ancol. Saat itu, lebih jelas lagi, mereka dibagi kaos bergambar salib dan ada kalimat haleluyanya.
“Kalau acara ini dianggap sukses, tanggal 1 Januri mereka akan diajak ke Jogja dan awal Maret di iming-imingi juga ke Bali. Sepertinya ini program 2 bulanan mereka,” pungkas Ustaz Muchtar. (Alquin/BaitulMaqdis.com)