BaitulMaqdis.com -Dewan Masjid Indonesia (DMI) melansir, pertumbuhan masjid di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir kalah ketimbang gereja. Hal terebut diungkapkan juru bicara DMI Herry Sucipto. Ia menjelaskan data pertumbuhan jumlah masjid di Indonesia berkisar 65-70 persen. Angka tersebut masih jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan gereja yang mencapai 130 persen dalam rentang waktu yang sama.
Menurut Herry, tingginya pertumbuhan jumlah gereja di bandingkan masjid dikarenakan banyaknya kelas menengah di kalangan umat Kristiani yang menjadi donatur bagi pembangunan tempat ibadah mereka. “Sementara, jumlah kelas menengah Muslim kita tidak begitu banyak jumlahnnya,” ujarnya seperti dikutip RoL, Rabu (1/10/2014).
DMI saat ini tengah membentuk sebuah tim survei untuk melakukan pendataan jumlah masjid di Indonesia. Ke depan, tim tersebut diharapkan dapat menggali perkembangan dan kondisi faktual masjid-masjid yang terdapat di Tanah Air. Survei pun ditargetkan selesai sebelum akhir tahun.
Sementara itu, menurut da’i mantan misionaris, Ustaz Bernard Abdul Jabbar, pertumbuhan gereja adalah bagian dari strategi pemurtadan. Dijelaskannya, misi gereja yang dikutip seorang misionaris kristen D.I. Moody mengartikan bahwa “Gereja adalah misi, tanpa misi berarti tanpa gereja.”
Apa yang dikatakan Ust. Bernard bukan omongan kosong. Anda bisa perhatikan, data BPS tahun 2010 menyatakan bahwa jumlah umat kristen baik yang protestan maupun yang Katholik tidak sampai 10% dari total seluruh penduduk di Indonesia. Namun anehnya pertumbuhan tempat ibadah mereka meningkat sangat drastis. Pasti ada upaya tidak baik dari umat kristen untuk menyuburkan ajarannya di tanah negri ini yang mayoritas Islam. Misi kristenisasi berada dibalik semua itu.
Program kristenisasi memang sudah diinstruksikan oleh para pemimpin mereka, seperti Instruksi Paus Paulus Yohanes II sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik. Dia mengatakan ”Diserukan agar semua umat Katolik dan gereja harus mengambil tindakan untuk meyebarkan agama katolik dan melakukan kristenisasi terhadap semua bagian dunia (to evangelise in all part of the world) termasuk pada negeri-negeri Islam dimana hukum islam melarang perpindahan agama dan dia menyerukan “Open the door’s to Christ” bukalah pintu untuk Yesus.” Informasi tersebut tertulis dalam berita bulanan majalah “The Straits Time” edisi 24 Januari 1991 sebagai fatwa atau edaran kepada umat katolik dunia yang disebut sebagai “Redemtory Missio atau “The Churchs Missionary Mandate,” papar Ustaz Bernard saat diskusi soal pemurtadan beberapa waktu lalu di Bogor.
Dan yang lebih tegas lagi, Ustaz yang aktif di Forum Umat Islam (FUI) ini mengungkapkan strategi salibis di Indonesia. Ini bisa dilihat dari pernyataan Mark Freer (direktur Lembaga Misi Amerika Untuk Indonesia) pada saat menyampaikan sambutan dalam kongres Gereja Kristen Injil Indonesia di Malang pada tanggal 4 – 7 Januari 2001 mengatakan,” Untuk menggencarkan misi Kristen khususnya di Indonesia maka perlu dimanisfetasikan peranan gereja dan juga merujuk kepada strategi Matius 10:16, ”lihat Aku mengutus kamu seperti domba ketengah tengah srigala karena itu hendaklah kalian cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.’’
“Itulah kenapa mereka seperti dalam kasus GKI Yasmin, Ciketing dan yang lainnya mereka menggunakan cara-cara licik seperti penipuan tandatangan, pemalsuan surat dan sebagainya. Bahkan dalam upaya pemurtadan mereka menggunakan berbagai cara seperti modus pembagian sembako dalam gereja, pembaptisan masal berkedok karyawisata, pemurtadan dalam dunia pendidikan berkekod mobil pintar, bahkan terang-terangan di tempat umum mengumumkan ajang cari jodoh di gereja, itu semua berhasil kita ungkap” ujarnya.
Dalam setiap ceramahnya, ia selalu mengajak jamaah agar senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaaan kepada Allah Swt agar akidah semakin kuat, karena dengan bekal itulah kita bisa menjaga diri dari berbagai upaya pemurtadan. (Alquin/BaitulMaqdis.com)
Sumber : Suara-Islam