Secara resmi hingga pertengahan abad kedua, umat Nasrani terbukti belum pernah mempuyai kitab suci yang telah lulus standar (kanonik) selain kitab kitab suci Perjanjian Lama (Taurat) orang Yahudi. Sehingga waktu itu terdapat berbedaan kitab suci antara Yahudi dan Nasrani. Di samping Kitab Suci Perjanjian Lama (Taurat) orang Yahudi, umat Nasrani dikala itu juga mempunyai catatan-catatan atau naskah ajaran Nabi Isa as yakni ayat ayat Injil yang diwariskan oleh murid-murid Nabi Isa as dahulu kala yang banyak di simpan oleh jemaat-jemaat Nasrani di Yarusalem, Anthoika, Iskandaria, dan tempat tempat lainya.
Seiringnya berjalanya waktu dan perubahan karakter manusia, budaya dan perkembangan karakter manusia, makin lama mengakibatkan catatan atau naskah tersebut mengalami banyak perubahan. Di sisi lain terdapat hal yang tidak lazim lagi bagi masyarakat yaitu cenderung menambahkan cerita sejengkal menjadi satu kilometer. Artinya ayat ayat peninggalan murid murid Nabi Isa as di masing masing tempat dan lingkunagan yang berbeda-beda telah mengadakan tambahan-tambahan pada catatan dimaksud. Akibatnya perbedaan-perbedaan mengakibatkan perselisihan semakin besar (menyangkut dogma trinitas).
Pada awal abad ke 2 masehi timbulah keinginan di kalangan ulama Nasrani untuk menyamakan catatan catatan Injil yang berbeda beda itu dalam satu kitab suci seperti Perjanjian Lama yang harus diakui sebagai kanon Perjanjian Baru bagi seluruh umat Nasrani. Tentu saja itu tidak semudah seperti menulis Hikayat Seribu Satu Malam yang membuat berbagai macam cerita. Hingga akhirnya orang-orang hanya dapat menyetujui empat macam Injil karangan Matius, Markus, Lukas, dan Yahya sebagai Injil yang sah meskipun keempat macam Injil itu sendiri satu sama lain masih banyak berbeda dan bertentangan isinya.
Berkenaan dengan penyusunan Perjanjian Baru ini Dr. H. Berkhof menulis dalam bukunya “Sejarah Gereja” hal.30 sebagai berikut: ‘’beralasan pendirian itu maka pada tahun 150 keempat kitab injil yang kita kenal sudah umum diakui sebagai kanonik” (yaitu selaras dengan kanon). Demilian pula surat-surat Paulus (Rasul kristen) dan kisah Para Rosul sebab ditulis oleh murid dan sahabat Paulus,yakni LUKAS. Diantara kitab-kitab yang sudah disah kan itu, hanya Wahyu Yahaya/Yohanes yang dipandang sah, meskipun banyak yang meragukan keabsahanya. Mengenai surat kiriman hanya secara berangsur-angsur tercapai persetujuan, tetapi I Peterus kemudian I dan II Yahya/Yohanes segera dianggap”Surat Rasuli” sementara surat kepada orang Ibrahim lama diasingkan di Barat, karena penulis tidak jelas hingga saat ini.
Sebaliknya beberapa kitab lain yang dianggap kanonik oleh sejumlah jama’at yang dimaksud ialah karangan-karangan ”bapak rosul” . Nama dan gelar ini dipakai oleh beberapa pengarang di zaman kemudian dari rasul rasul , ialah: Clemens, Papias, Parnabas, dan lain lain.
Dari data umum ini kita dapat melihat begitu jauh jarakwaktu antara Nabi Isa as dengan masa penyusunan secara definitif (kurang lebih 400 tahun). Satu masa yang pernah KEBINGGUNGAN, PERDEBATAN, dan KESULITAN dalam memilih dan mencari ayat-ayat yang danggap “SYAH”.
Mengenai bentuk dan isi Perjanjian Baru dapat kita lihat sebagaiberikut. Sekarang ini perjanjian baru terdiri atas 4 macam injil (kata mereka) bukan kata tuhan yaitu karangan Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes/Yahya, ditambah:
• 1 = Kisah Para Rasul
• 14= Surat Paulus
• 1 = Surat yakub
• 2 = Surat Petrus
• 3 = Surat Yohanes
• 1 = Surat Yehuda
• 1 = Wahyu Kepada Yohanes JUMLAH: 27 Kitab Perjanjian Baru Kristen
Melihat tebalnya, maka 4 injil itu hanya kurang dari separuh isi Perjanjian Baru. Tetepi bagi umat kristen 4 injil itu setandarisasinya (kanon) sama dengan seluruh isi perjanjian baru lainya yakni: 14 Surat Paulus, Kisah Para Rasul, Yakub, Yehuda, Wahyu = 4 Surat Petrus, 2 Surat dari Yohanes= 3 surat.
Di sini kita dapat melihat Injil kitab suci dari Allah telah direndahkan drajatnya. Disamakan dengan karangan karangan manusia. Belum lagi kita melihat bagaimana 4 Injil sebenarnya bukan lagi murni wahyu dari Allah. Sudah terdapat banyak sekali kebohongan dan kepalsuan didalamnya
ditulis oleh mantan pendeta. Ust. Yahya Waloni