(BaitulMaqdis.com) Islam adalah agama yang memotivasi umatnya untuk maju melesat menjauhi kejahiliyaan (kebodohan,red) dari segi apapun, utamanya dari segi aqidah (keyakinan,red). Islam dengan sang pembawanya, Nabi Muhammad saw sedari awal membuktikan bahwa di dalam islam ada sesuatu yang istimewa. Betapa tidak, 14 abad yang lalu dimana belum ditemukan ilmu kosmologi, belum ada NASA (bahkan buyut dari pencetus ide membuat NASA pun belum lahir) apalagi LAPAN, manusia di daratan Asia, Eropa, Afrika, Australia apalagi Amerika masih dinina bobokkan dengan kebodohan dan kekelaman akal. Namun Nabi Muhammad saw sudah berbicara tentang masalah kosmologi.
Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad saw menyinggung masalah adanya bintang gemintang dilangit dan manfaatnya bagi langit, berikut ini redaksi lengkapnya.
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَإِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ أَبَانَ كُلُّهُمْ عَنْ حُسَيْنٍ – قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِىٍّ الْجُعْفِىُّ – عَنْ مُجَمِّعِ بْنِ يَحْيَى عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِى بُرْدَةَ عَنْ أَبِى بُرْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ صَلَّيْنَا الْمَغْرِبَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قُلْنَا لَوْ جَلَسْنَا حَتَّى نُصَلِّىَ مَعَهُ الْعِشَاءَ – قَالَ – فَجَلَسْنَا فَخَرَجَ عَلَيْنَا فَقَالَ « مَا زِلْتُمْ هَا هُنَا ». قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّيْنَا مَعَكَ الْمَغْرِبَ ثُمَّ قُلْنَا نَجْلِسُ حَتَّى نُصَلِّىَ مَعَكَ الْعِشَاءَ قَالَ « أَحْسَنْتُمْ أَوْ أَصَبْتُمْ ». قَالَ فَرَفَعَ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ وَكَانَ كَثِيرًا مِمَّا يَرْفَعُ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ « النُّجُومُ أَمَنَةٌ لِلسَّمَاءِ فَإِذَا ذَهَبَتِ النُّجُومُ أَتَى السَّمَاءَ مَا تُوعَدُ وَأَنَا أَمَنَةٌ لأَصْحَابِى فَإِذَا ذَهَبْتُ أَتَى أَصْحَابِى مَا يُوعَدُونَ وَأَصْحَابِى أَمَنَةٌ لأُمَّتِى فَإِذَا ذَهَبَ أَصْحَابِى أَتَى أُمَّتِى مَا يُوعَدُونَ »
Artinya :
Kami telah mendapatkan hadits dari Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Ishaq bin Ibrahim dan juga dari Abdullah bin Umar bin Aban; semuanya dari Husain. Abu Bakar mengatakan, Kami mendapatkan hadits dari Husain bin Ali al-Ja’fi, dari Mujammi’ bin Yahya, dari Said bin Abi Burdah, dari Abu Burdah dari ayahnya berkata; “ kami shalat maghrib bersama Rasulullah saw kemudian kami berkata; seandainya kita duduk-duduk dan menunggu sampai kita shalat isya’ bersama beliau lagi.’ (Si perawi mengatakan) kami pun duduk-duduk (menunggu Isya’). Nabi saw lantas keluar menemui kami dan berkata: “kalian masih di sini?”. Kami menjawab, “wahai Rasulullah, kami shalat maghrib bersamamu.” Kemudian kami katakan, “kami tetap duduk-duduk (di masjid) agar kami bisa shalat isya’ bersama anda.” Beliau menukas; “bagus kalian! Atau Benar Kalian!. Perawi menambahkan: Nabi saw kemudian menengadahkan kepala ke langit dan beliau memang sering menengadahkan ke arah kelangit, lantas bersabda:
“Bintang-bintang adalah pengaman bagi langit, jika bintang tiada maka datanglah pada langit sesuatu yang dijanjikan (kehancuran). Dan saya adalah pengaman bagi para sahabatku, jika aku tiada maka datanglah kepada para sahabatku sesuatu yang mengancam mereka. Sahabatku adalah pengaman bagi umatku, jika mereka tiada maka datanglah kepada umatku sesuatu yang mengancam mereka”. (HR. Muslim dalam kitab Fadhail Ash-Shahabah no 6629)
Hadits senada juga bisa ditemukan pada Musnad Imam Ahmad dalam bab hadits Abu Musa Al-Asy’ary no 19584.
Dari redaksi hadits di atas kita sebenarnya bisa banyak mengambil pelajaran, di antaranya tentang keutamaan sahabat, kedekatan sahabat dengan Rasulullah saw (dalam hal ini untuk menangkal syubhat aliran sesat Syiah,red), keutamaan shalat berjama’ah dan sangat banyak sekali. Namun dalam kesempatan kali ini kami ingin memaparkan kepada anda salah satu dari pelajaran yang dapat diambil dari hadits di atas, yakni tentang kosmologi yang tersurat dalam redaksi “bintang-bintang adalah pengaman bagi langit, jika bintang tiada maka datanglah pada langit sesuatu yang dijanjikan (kehancuran)”.
Menurut Prof. Dr. Zaghlul An-Najjar, seorang cendikiawan Mesir serta guru besar Geologi mengatakan dalam bukunya al-I’jaz al-‘Ilmiy fi as-Sunnah an-Nabawiyyah, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tiadanya bintang adalah meredup dan memudarnya sinar bintang. Sedang yang dimaskud dari “sesuatu yang dijanjikan (kehancuran)” adalah tersingkap, terpecah, terbelah, terbuka dan perubahan langit menjadi sesuatu yang rusak dan dipenuhi asap kabut yang tak karuan.
Bintang merupakan benda langit yang tersebar dilangit dunia. Bintang berbentuk bulat atau semi bulat, berbentuk gas, menyala-nyala, bersinar, bervolume besar, bersuhu tinggi. Bintang memiliki 3 fase dalam keberadaannya, fase lahir atau terbentuk, fase muda (berjalan semestinya) dan fase tua sebelum meledak atau redup sedikit demi sedikit yang akhirnya padam atau bahkan meledak.
Bintang menurut apa yang dipaparkan oleh Prof. Dr. Zaghlul An-Najjar, merupakan oven raksasa penampung atom semesta yang memproses rangkaian reaksi nuklir, yang menghasilkan segala unsur yang dibutuhkan oleh bumi dan langit dunia. Bintang juga mempunyai daya gravitasi besar yang mengikat bintang gemintang dilangit dunia satu sama lain secara kuat.
Mengingat begitu besarnya massa bintang-bintang dilangit, maka dengan daya tariknya dapat menguasai seluruh planet, planetoid, satelit, komet dan segala benda langit sehingga benda-benda tersebut dapat mengorbit sesuai orbitnya secara teratur. Oleh karena itu jika bintang bintang yang memiliki gravitasi yang berguna untuk mengikat benda langit tersebut hilang atau tiada. Maka bisa jadi benda-benda langit tersebut tidak akan mengorbit sesuai orbitnya yang kemudian saling tabrakan, runtuh berjatuhan ke bumi dan alam semesta termasuk langit pun akan kacau balau, dan mungkin saja berawal dari sebab-sebab ini langit akan terbelah, seperti firmankan Allah berikut ini :
– “dan apabila bintang-bintang berjatuhan”. (QS. At-Takwir 2)
– “apabila langit terbelah. Dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan”. (QS. Al-Infithor 1-2)
– “Apabila langit terbelah, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya dia patuh”. (QS. Al-Insyiqoq 1-2)
Dan untuk masalah ini juga para ulama menyebutkan bahwa jika bintang tiada, redup semua, berjatuhan maka langit akan hancur dan itulah kiamat. Penjelasan semakna bisa anda lihat di kitab kitab semisal ikmal al-muallim syarah shahih muslim karangan Qodhi Iyadh, Syarah Shohih Muslim karya imam An-Nawawi, dan lain-lain.
Bahkan saking pentingnya bintang bagi kehidupan alam semesta, sampai Allah menyebut nama bintang, keindahannya dan manfaatnya dalam firman-Nya berikut ini:
– “demi langit yang mempunyai gugusan bintang”.(QS. Al-Buruj 1)
– Demi langit dan demi yang datang pada malam hari. Dan tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu?. (yaitu) bintang yang bersinar tajam”. (QS. Ath-Thoriq 1-3)
Dan bintang selain mempunyai fungsi yang urgen bagi keberadaan alam semesta ini atas izin Allah. Bintang juga mempunyai fungsi lain, sebagaimana yang tersurat dalam firman Allah berikut ini.
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
Artinya: “dan sungguh telah kami hiasi langit yang dekat, dengan bintang-bintang dan kami jadikannya (bintang-bintang) sebagai alat-alat pelempar setan, dan kami sediakan bagi mereka azab neraka yang menyala-nyala”.(QS. Al-Mulk : 5)
Demikian secuil penjelasan bahwa di dalam Islam ilmu-ilmu kosmologi pun disinggung. Jadi sebenarnya di dalam Islam itu sudah lengkap, karena Al-Quran kitab suci umat Islam itu juga sumber segala ilmu. Dan semoga artikel ini bisa menambah iman kita kepada Allah, menambah khosyyah kita kepada-Nya, serta menambah kecintaan kita kepada Sang pujaan hati Nabi Muhammad saw. Allahu A’lam wa ilmuhu ahkam wa atam wa shallallahu alaihi wa sallam (Dawud El-Lamunjanie/baitulmaqdis.com)