KTP Kristen, Hati Memilih Islam: Kisah Mualaf Vini Haerani
Perjalanan Iman yang Penuh Cobaan, dari Pelayanan Gereja hingga Mendapatkan Keajaiban Doa. Setiap perjalanan seorang mualaf adalah kisah unik tentang hidayah dan keteguhan hati. Kisah Vini Haerani, seorang mualaf dari Kristen Protestan, adalah salah satunya. Perjalanannya dipenuhi dengan pencarian, konflik keluarga, dan keajaiban doa yang semakin menguatkan keyakinannya bahwa Islam adalah pilihan hidupnya.
Perjalanan Awal Mencari Hidayah
Vini Haerani tumbuh dalam keluarga Kristen Protestan yang taat dan aktif dalam kegiatan gereja. Ia bahkan sering terlibat dalam pelayanan, seperti membaca Alkitab dan memimpin nyanyian. Namun, benih ketertarikan pada Islam mulai tumbuh sejak usia yang sangat muda. Vini mulai belajar surat-surat pendek dan huruf Al-Qur’an sejak kelas 4 SD.
Uniknya, saat pelajaran agama Islam, ia memilih untuk tetap berada di dalam kelas dan memperhatikan, padahal biasanya anak non-Muslim akan dipersilakan keluar. Ketertarikan Vini semakin kuat saat ia memasuki masa SMP, di mana mayoritas temannya adalah Muslim.
Hijab Sebelum Syahadat dan Konflik Keluarga
Perjalanan Vini untuk berislam tidak terjadi dalam semalam. Ada masa-masa ia berada di tengah-tengah dua keyakinan:
Mulai Berhijab: Setelah lulus SMP dan mulai bekerja, Vini mulai mencoba mengenakan kerudung. Menariknya, ia bahkan sudah mengenakan hijab saat membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP), meskipun status agamanya di KTP saat itu masih Kristen.
Syahadat Tahun 2017 Vini baru resmi mengucapkan kalimat syahadat dan memeluk Islam pada tahun 2017, yang ia lakukan menjelang bulan puasa di sebuah musala dengan disaksikan banyak orang.
Alasan Mengerucut ke Islam: Selain rasa ‘adem’ saat mendengarkan ceramah Islam, dorongan terkuatnya adalah rasa khawatir terhadap ibunya. Ibunya sudah lebih dahulu menjadi mualaf dan ia takut tidak bisa memandikan atau mengurus jenazah ibunya kelak karena adanya pemahaman bahwa anak non-Muslim tidak boleh menyentuh jenazah orang tua Muslim.
Penolakan Keluarga: Keputusannya untuk bersyahadat menimbulkan reaksi keras, terutama dari neneknya dan ayah kandungnya (yang telah lama berpisah), yang mempertanyakan mengapa ia memilih masuk Islam.
Sosok Ayah Sambung dan Ujian Terberat
Dalam fase peralihan ini, peran ayah sambungnya (suami dari ibunya yang juga seorang Muslim) menjadi sangat krusial.
Penyelamat dan Pendidik: Ayah sambungnya menunjukkan kasih sayang yang luar biasa, bahkan melebihi kasih sayang ayah kandung. Beliau menjadi sosok yang menopang finansial keluarga, mengantar-jemput Vini bekerja, hingga menemani Vini selama dua hari dua malam menjelang kelahiran anak pertamanya. Beliau juga yang mengajarkan Vini mengaji dan tuntunan salat.
Kehilangan: Kepergian ayah sambungnya pada Desember 2024 menjadi kehilangan yang mendalam bagi Vini. Beliau meninggal secara mendadak tanpa menunjukkan sakit yang berarti, tidak ingin merepotkan keluarga .
Ujian Keimanan: Ujian terberat yang Vini rasakan setelah berislam bukanlah terkait ekonomi, melainkan konflik keluarga dengan ayah sambung di masa remaja, yang bahkan sempat membuatnya terpikir untuk kembali ke agama lamanya (ombok ambing soal agama).
Keajaiban Doa di Tengah Keterpurukan Ekonomi
Titik balik yang semakin menguatkan imannya datang saat ia menghadapi kesulitan ekonomi menjelang persalinan.
Tekanan Hamil 8 Bulan : Ketika Vini hamil 8 bulan, ia sedang berada di titik terendah ekonomi. Ia dan suami tidak memiliki tabungan sama sekali untuk biaya persalinan.
Doa yang Dikabulkan: Dalam keadaan terdesak, ia memanjatkan doa kepada Allah. Keesokan harinya, suami Vini mendapat kabar bahwa ia diterima bekerja. Rezeki yang datang tepat waktu ini membuat mereka mampu menutupi seluruh kebutuhan persalinan.
Makin Yakin: Pengalaman ini menjadi bukti nyata baginya bahwa Allah Maha Mendengar dan akan memberikan pertolongan dari arah yang tidak terduga.
Pesan untuk Para Mualaf
Menutup perbincangan, Vini berpesan kepada sesama mualaf yang menghadapi cobaan hidup. Ia menyadari banyak mualaf yang kembali ke agama lama karena tidak kuat menghadapi ujian.
“Berusaha sabarlah dalam segala cobaan. Yakin kalau Allah pasti ngebantu, karena setelah kesulitan ada kemudahan (fa inna ma’al ‘usri yusra).”
Vini terus memperbaiki diri, aktif dalam komunitas dan pengajian, serta memiliki satu harapan besar: membahagiakan ibunya yang kini tinggal sendiri.
Tonton video lengkapnya diChanel Youtube Kami
