Beliau bernama Fandy Gunawan, tinggal di Jogjakarta, mualaf pada tahun 2005. Ceritanya bermula saat beliau memiliki keingintahuan tentang Islam lebih dekat. Beranjak dari pandangan bahwa jika ingin mengetahui dalamnya lautan maka ia harus menyelam. Maka itulah awal mula pengenalannya dengan Islam. Lebih kurang satu setengah tahun ia mempelajari Islam baru kemudian mantap mengucapkan dua kalimat syahadat.
Sebelumnya ia berada pada kegalauan, karena banyak pertanyaan yang tidak terjawab ketika berada pada agama sebelumnya. “Banyak poin yang kontradiktif dan tidak diajarkan di (dalam) gereja.” Ujarnya.
Seperti misalnya Allah itu esa (satu). Ternyata di Bible dikatakan Allah itu satu tidak ada bapa tidak ada anak, tidak ada roh kudus. Dari situ saya berfikir, kenapa nabi-nabi terdahulu sebelum Isa itu mengajarkan Bapa itu satu, sebagaimana kisah nabi Musa dimana ketika ia berdoa, langsung ke Allah Bapa, tidak melalui anaknya tidak melalui roh kudus, kan gitu. Tegasnya. Tapi begitu jatuh ke Nabi Isa, kok berkembang, itu pertanyaan awal.
Sampai akhirnya beliau mempertanyakan, bener gak sih ini ajarannya?. Apa yang diajarkan gereja dengan apa yang ada didalam bibel ini selaras gak sih?. Pertanyaan-pertanyaan itu terus menggelayuti fikirannya sampai beliau kemudian mengenal Islam dan akhirnya memeluknya.
Beliau juga bercerita bahwa sebelum belajar islam sebenernya sempat belajar agama-agama lain juga, hal ini karena keterbatasan literasinya tentang islam saat itu, ditambah lagi beliau bersekolah ditempat dengan mayoritas siswanya ketika itu 80% adalah non-muslim.
Tetapi dari pengembaraan ilmiahnya mempelajari agama-agama lain itu, tidak ada satupun yang membuatnya tertarik dan mampu menghilangkan dahaganya.
Dan ketika ditanya, apa yang menarik dalam Islam pada awal mulanya, beliau mendapati bahwa setidaknya ada dua konsep yang membuat beliau tertarik selain konsep ketuhanan, yaitu konsep teori keadilan.
Pria yang sekarang sebagai ketua MCI (mualaf center indonesia) mengatakan bahwa teori keadilan adalah hal yang menarik yang beliau temukan dalam Islam. Dulu ketika beliau mempertanyakan tentang syurga dan neraka pada ajaran agama sebelumnya, beliau mendapat konsep yang tidak jelas didalamnya. Misal, ketika ia bertanya siapa nanti yang masuk neraka, ia mendapat jawaban yang justru membuatnya nambah bingung, ‘intinya ikutin jalan yesus maka kamu tidak perlu masuk neraka,’ lalu ia bertanya, lalu bagaimana dengan jaminan penebusan dosa dari Yesus? Bukankah kita semua nanti diselamatkan oleh Yesus?! Disini beliau tidak mendapatkan kejelasan dari jawabannya.
Berbeda dengan Islam, setiap kebaikan dan keburukan semua mendapatkan balasannya. Sehingga tidak ada orang zalim yang selamat dari siksa dan murka Allah. Mereka yang banyak berbuat baik tentu balasannya juga lebih besar dibanding mereka yang tidak beramal. Sebaliknya, mereka yang berbuat buruk walau seberat zarrah pun, dia akan mendapat balasannya. Inilah keadilan Islam yang membuatnya semakin tertarik untuk memeluk Islam dan mantab didalamnya.
Ini adalah sedikit penjelasan dari beliau mengapa beliau tertarik dengan Islam, tentu banyak lagi yang beliau kisahkan dalam wawancara kali ini, untuk lengkapnya bisa langsung ke channel youtube kami di @baitulmaqdischannel adapun link wawancara beliau; https://www.youtube.com/watch?v=kilQamcz8GA&list=TLPQMTgwNzIwMjT9aqITieAf0w&index=4