PERANG, OBAT MULTI KHASIAT
Perang itu ibarat obat atau jamu. Rasanya pahit getir, berkli lipat dari pahitnya Sambiloto atau Brotowali – jamu legendaris Jawa yang kondang sebagai raja pahit. Tapi khasiatnya sangat banyak.
Kita mengenal hukum qishas dalam syariat Islam. Siapa yang membunuh akan di-qishas dengan dibunuh. Rasanya pahit dan sakit. Tapi khasiatnya banyak. Pertama, menegakkan keadilan. Kedua, membuat takut orang lain yang terpikir untuk membunuh. Ketiga, penghilang rasa sakit hati dan dendam dari keluarga korban pembunuhan. Keempat, menyelamatkan banyak nyawa karena para calon pembunuh mengurungkan niatnya.
Perang lebih pahit dari qishas, sebab berpotensi menimbulkan korban yang lebih besar. Tapi sepadan, khasiatnya juga lebih mujarab. Bukan hanya satu khasiat, banyak.
Membunuh itu kejahatan individu. Obatnya juga buat individu, dengan memberikan qishas kepada pelaku seorang, tanpa mengusik keluarganya. Sedangkan perang – seperti yang dilakukan Israel terhadap Gaza – adalah kejahatan terorganisir dengan melibatkan ratusan bahkan ribuan orang. Mengobatinya dengan qishah jelas tak memadai dan sangat sulit. Bisa jadi petugas yang akan melakukan qishas malah ditangkap oleh pihak yang mau diqishas.
Dua Wajah Perang
Perang punya dua wajah. Wajah baik dan wajah buruk. Sebab sejatinya perang itu netral, tujuan dan cara lah yang akan membuat perang itu berwajah baik atau buruk.
Perang yang dipraktekkan Israel terhadap Palestina mewakili wajah buruk. Seperti halnya perang yang dipraktekkan Belanda terhadap Indonesia, Jepang terhadap Indonesia, dan negara-negara penjajah lain.
Secara tujuan, perang dijadikan alat untuk menjajah, merampas tanah, mengusir penduduk dari kampung halamannya, dan melakukan pembunuhan kejam demi menciptakan efek horor sehingga mudah ditaklukkan. Tujuan seperti itu merupakan tujuan yang salah.
Sementara pada sisi cara, juga salah. Perang yang dilakukan mengabaikan etika. Orang sipil yang bukan kombatan juga dijadikan sasaran pembunuhan. Tempat ibadah dihancurkan. Rumah sakit dihajar. Sekolahan dihantam. Israel merupakan salah satu pionir dalam perang tanpa adab dan etika.
Sementara perang yang dilakukan Mujahidin Gaza mewakili wajah baik. Secara tujuan dan cara baik.
Sisi tujuan, mujahidin memakai perang untuk mengambil hak yang dirampas, menuntut balas atas kekejaman dan melumpuhkan kekuatan jahat agar tak lagi menebar kezaliman. Tanpa perang semua tujuan itu tak tercapai, justru semakin dihinakan oleh Israel.
Sisi cara juga baik. Menggunakan etika. Bukan seperti Israel yang brutal tanpa perikemanusiaan.
Inilah warisan Islam yang tercatat indah dalam sejarah. Ini sesuai dengan misi Islam untuk memandu kehidupan manusia agar berjalan di atas jalan Allah. Bukan hanya memandu soal ibadah, pernikahan, ekonomi tapi juga soal perang karena perang melekat dalam peradaban manusia.
Khasiat Perang Menurut Allah
Allah memerintahkan orang beriman untuk menggunakan perang sebagai alat untuk mencapai banyak tujuan. Allah punya musuh, yaitu para penguasa jahat yang menolak tunduk kepada Allah. Padahal kekuasaan Allah meliputi kekuasaan mereka, tapi mereka tak mau menjadi sub-ordinat kekuasaan Allah.
Sebagaimana orang beriman juga punya musuh, yaitu penguasa yang menghalangi orang beriman untuk tunduk kepada Allah, merampas tanah mereka, menyiksa dan menzalimi mereka. Sementara para penguasa selalu menggunakan sarana bernama perang sebagai alat pukul dan alat bertahan.
Allah dan orang beriman dipersatukan oleh kesamaan musuh. Musuh Allah juga musuh orang beriman. Maka perang yang Allah perintahkan akan memberi hasil ganda, hasil sesuai agenda Allah dan hasil sesuai agenda orang beriman. Khasiat perang yang Allah sebutkan dalam firman-Nya merupakan rangkuman dari dua agenda ini. Berikut ayatnya:
قَٰتِلُوهُمۡ يُعَذِّبۡهُمُ ٱللَّهُ بِأَيۡدِيكُمۡ وَيُخۡزِهِمۡ وَيَنصُرۡكُمۡ عَلَيۡهِمۡ وَيَشۡفِ صُدُورَ قَوۡمٖ مُّؤۡمِنِينَ ١٤ وَيُذۡهِبۡ غَيۡظَ قُلُوبِهِمۡۗ وَيَتُوبُ ٱللَّهُ عَلَىٰ مَن يَشَآءُۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ ١٥– التوبة
14. Perangilah mereka, agar Allah azab mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu, Allah hinakan mereka, Allah menolong kamu terhadap mereka, dan melegakan hati orang-orang yang beriman.
15. Dan menghilangkan panas hati (dendam) orang-orang mukmin. Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya. Allah maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah: 14-15)
Ayat tersebut merinci, perang yang Allah perintahkan kepada orang beriman itu memiliki 6 khasiat:
Pertama,
sebagai sarana bagi Allah untuk mengazab musuh-Nya. Ini semacam “uang muka” sebelum Allah azab mereka dengan rasa sakit maksimal di akhirat nanti. Allah seolah meminjam tangan para tentara-Nya untuk mengazab mereka dengan rasa takut, rasa lelah, rasa sakit, depresi, hingga luka dan kematian. Khasiat ini bisa dikategorikan sebagai agenda Allah.
Kedua,
sebagai sarana bagi Allah untuk menghinakan musuh-Nya yang sombong tak mau tunduk kepada Allah. Ketika mereka dikalahkan oleh tentara-Nya, kekalahan itu merubah mereka dari jumawa menjadi lesu tak berdaya. Mirip petinju yang naik ring dengan pongah, lalu dipukul KO maka akan terhina di hadapan penonton. Khasiat ini bisa dikategorikan dalam agenda Allah.
Ketiga,
sebagai sarana bagi Allah untuk memenangkan tentara-Nya terhadap musuh-Nya. Kalau tidak ada perang, tak ada media untuk turunnya pertolongan Allah lalu tercapai kemenangan. Mike Tyson jika tak bertinju maka tak bisa disebut menang terhadap lawannya.
Ketika tentara-Nya berperang di medan laga, Allah kemudian turunkan malaikat untuk membantu. Misalnya pada perang Badar, ada 1.000 malaikat yang diterjunkan. Bantuan pasukan (malaikat) ini sifatnya menemani tentara-Nya (manusia) sehingga tampak berbaur menjadi satu. Bukan diturunkan secara mandiri tanpa ada tentara-Nya dari kalangan manusia.
Maknanya, orang beriman harus turun dulu ke medan laga, baru setelah itu Allah terjunkan pasukan malaikat untuk membantu. Tidak bisa orang beriman hanya duduk manis lalu berdoa minta dimenangkan lalu secara ajaib tank-tank Israel meledak dan semua tentaranya tewas.
Kemenangan orang beriman juga bermakna kemenangan Allah. Karena itu, khasiat ini bisa dimasukkan dalam kategori agenda bersama; agenda Allah sekaligus agenda orang beriman.
Keempat,
sebagai obat sakit hati yang telah lama bersarang di dada orang beriman. Bagaimana tidak, gambar dan video muslim Palestina yang dipukuli, disiksa, ditembak dan dihinakan oleh Israel benar-benar menyisakan rasa perih di hati orang beriman sebagai saudara. Seperti perihnya hati seorang ayah yang melihat anaknya disiksa orang tapi tak bisa menyelamatkannya.
Perang akan memberi kesempatan gambar dan video yang sama terjadi pada musuh. Ini akan menjadi obat untuk sakit hati yang selama ini dirasakan orang beriman. Terobatinya sakit hati kadang dilambangkan dengan kata “rasain loe, makanya jangan zalim dan sok jago”.
Khasiat ini bisa dimasukkan dalam kategori agenda orang beriman bukan agenda Allah. Sebab tak ada istilah “sakit hati” bagi Allah sehingga perlu disembuhkan. Allah memiliki salah satu sifat yaitu marah. Tentu saja Allah marah dengan kelakuan Israel yang menyakiti hamba-hamba-Nya yang beriman itu. Tapi Allah menyiapkan sendiri siksa untuk mereka kelak di akhirat untuk menghukum, dan itu lebih pedih.
Kelima,
sebagai obat menghilangkan dendam kesumat yang mengendap di hati orang beriman. Dendam kesumat karena melihat saudaranya dizalimi. Seperti dendamnya seorang anak melihat ibunya diperkosa dan tidak mampu menyelamatkan. Ia pasti akan menyimpan dendam itu. Cepat atau lambat ia akan balaskan, hanya soal momentum yang tepat. Perang ibarat momentum pembalasan itu, karenanya akan menghilangkan dendam di hati orang beriman.
Khasiat ini bisa dimasukkan dalam agenda orang beriman. Agar hati orang beriman bisa tenang, bahagia, sakinah dan mutmainnah. Sebab hati yang terbakar dendam itu menyiksa.
Sumber: elhakimi/akunTelegram: Islam Mulia