Rasulullah ﷺ bersabda :
“Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau musafir.” (HR. Bukhari).
Hal ini dicontohkan langsung oleh rasulullah bagaimana cara hidup di dunia dari setiap gerak langkah yang selalu bermuara pada keridhaan Allah.
“Suatu ketika Ibnu Mas’ud radiallahu ‘anhu melihat Rasulullah ﷺ tidur di atas tikar yang lusuh sampai-sampai pola anyaman tikar membekas di pipi beliau. Lalu Ibnu Mas’ud menawarkan kepada beliau sebuah kasur. Apa jawaban Rasul? “Untuk apa dunia itu! Hubungan saya dengan dunia seperti pengendara yang mampir sejenak di bawah pohon, lalu pergi dan meninggalkannya.” (HR Tirmidzi).
Hal ini jauh sekali dari keadaan yang sekarang terjadi pada masyarakat kita, banyak diantara manusia yang malah berlombah-lomba mengumpulkan serta memperbanyak harta mereka dan tak lagi memperdulikan halal dan haramnya harta yang ia peroleh. Karena dimata mereka tolak ukur kesuksesan seseorang adalah dari segi banyaknya harta yang ia miliki.
Apakah belum sampai kepada mereka cerita Qorun, yang kekayaan hartanya berlimpah ruah sampai kunci gudang hartanya harus dipikul oleh orang-orang yang berbadan kekar dan kuat. Namun Allah justru bukan memuliakannya namun malah membinasakannya dengan menenggelamkan dia, rumah serta hartanya kedalam tanah.
Hal itu dikarenakan dunia telah mengendalikan hatinya. dia serakah terhadap dunia lupa bahwa Allah lah yang memberikan rizki kepadanya. dia menyombongkan dirinya bahwa dia mendapatkan harta yang banyak itu karena kehebatannya.
Silahkan kita mencari harta sebanyak mungkin karena tidak ada larangan tentang itu, akan tetapi cukup kau letakkan di tanganmu, jangan dihatimu. sebagaimana kata Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah:
خذ من الدنيا ما يحل لك، ولا تنس نصيبك منها، ولكن اجعلها في يدك ولا تجعلها في قلبك، وهذا هو المهم.
“Ambillah dari dunia yang halal untukmu, dan jangan engkau lupakan bagianmu darinya, namun letakkanlah dunia di tanganmu dan jangan meletakkannya di hatimu, ini yang penting.”
.
? Syarh Riyadhush Shalihin, jilid 3 hlm. 369