(baitulmaqdis.com) Sebagai prasyarat untuk pekerjaan menjadi Imam Gereja di Inggris, tampaknya akan bisa saja terjadi ketidakpercayaan kepada Tuhan bukan merupakan halangan yang cukup penting.
Menurut jajak pendapat terhadap pastor Anglikan, diketahui sebanyak 16 persen tidak memiliki pemahaman jelas tentang Tuhan, dan dua persen berpikir Tuhan itu tidak lebih dari suatu konstruksi dari manusia.
Pandangan ini telah berjalan selama 30 tahun sejak David Jenkins, kemudian Uskup Durham, telah menimbulkan kontroversi dengan keraguan terhadap Hari Kebangkitan. Tampaknya pandangan tidak ortodoks seperti itu telah menyebar luas di antara para imam Inggris.
Selain mereka menggambarkan Tuhan sebagai ciptaan manusia, jajak pendapat yang dilakukan YouGov menemukan, tiga persen percaya hal itu hanya semacam spirit atau kekuatan hidup. Sembilan persen lainnya menyatakan tidak mungkin membayangkan seperti apa Tuhan itu.
Keyakinan tidak ortodoks semacam itu telah ada lebih lama dibanding kehadiran para rohaniwan yang saat ini memberi pelayanan. Hampir 90 persen dari mereka ditahbiskan sejak 2011 percaya dengan pandangan terhadap Tuhan semacam itu, dibandingkan dengan hanya 72 persen dari mereka yang menjadi rohaniawan pada tahun 1960, kata penelitian, dilansir The Independent, Senin (27/10/2014).
David Paterson, pensiunan imam Gereja Inggris imam, mengatakan, tidak ada konflik dalam berkhotbah, ketika pada saat yang sama tidak mampu mempercayai Tuhan. “Dalam jamaah saya, saya akan mengambil jalur, bagaimana perasaan kita tentang Tuhan, bukan berpikir bahwa Tuhan ada atau tidak. Aku menggunakan terminologi Tuhan, tetapi tidak pernah mengkhotbahkan Tuhan benar-benar ada,” katanya kepada Universitas Times, koran Trinity College Dublin.
“Setelah Anda menerima bahwa agama adalah ciptaan manusia, maka itu seperti seni dan sastra, dan hal seperti itu. Begitulah cara yang sangat berharga untuk memahami diri sendiri,” katanya.
Alison Ruoff, anggota dari Sinode Umum, mengatakan, dia tidak mengerti bagaimana seseorang bisa menjadi imam, sementara pada saat yang sama tidak percaya pada Tuhan. “Mereka seharusnya tidak dipilih, tetapi jika mereka telah kehilangan iman, itu sangat memalukan,” katanya.
Survei YouGov mewawancarai lebih dari 1.500 pendeta Anglikan dari Gereja Inggris, Gereja di Wales, dan Gereja Episkopal Skotlandia. (Nuha/hidayatullah.com)