Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk makan dengan apa yang telah diberikan-Nya kepada kita, namun dengan syarat rizki itu harus halal. Kita juga diperintahkan untuk bersyukur kepada-Nya setelah memperoleh itu semua.
Namun dalam makan, Islam tidak membenarkan berlebih-lebihan. Ath-Thurthusyi mengatakan, “Usus seseorang itu panjangnya delapan belas jengkal. Ia sebaiknya tidak makan melebihi sepertiga usus itu, yaitu enam jengkal. Ini adalah kenyang yang normal. Seseorang disunnahkan mengurangi itu dengan makan makanan yang cukup untuk menegakkan tulang belakangnya untuk bekerja dan beramal. Inilah kenyang yang diajarkan agama.”
Apa yang dikatakan Ath-Thurthusyi seperti yang pernah disabdakan Rasulullah SAW;
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ الْحِمْصِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَتْنِي أُمِّي عَنْ أُمِّهَا أَنَّهَا سَمِعَتْ الْمِقْدَامَ بْنَ مَعْدِ يكَرِبَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ حَسْبُ الْآدَمِيِّ لُقَيْمَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ غَلَبَتْ الْآدَمِيَّ نَفْسُهُ فَثُلُثٌ لِلطَّعَامِ وَثُلُثٌ لِلشَّرَابِ وَثُلُثٌ لِلنَّفَسِ
“… Tidaklah anak Adam memenuhi tempat yang lebih buruk daripada perutnya, ukuran bagi (perut) anak Adam adalah beberapa suapan yang hanya dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika jiwanya menguasai dirinya, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum dan sepertiga untuk bernafas.” (HR. Ibnu Majah No.3340).
Gaya makan sehat Nabi Ini adalah diantara hal yang paling bermanfaat untuk limpa dan hati. Karena perut pada saat dipenuhi dengan makanan, akan sempit untuk minuman. Jika minumannya sudah masuk, maka perut itu akan terasa sesak pada saat untuk bernafas. Setelah itu yang terasa adalah kelelahan dan keletihan seperti orang yang memikul beban yang berat.
Berikut ini bahaya dari makan hingga terlalu kenyang :
1. Badan yang berat, karena kenyang akan melemahkan kekuatan dan tubuh. Yang bisa menguatkan tubuh adalah penyesuaian porsi konsumsi makan dan bukan banyaknya makanan yangn dikonsumsinya.
2. Keras hati. Seorang ulama salaf, Bisyr bin Al-Harits -rahimahullah- berkata;
خَصْلَتَانِ تُقْسِيَانِ الْقَلْبَ: كَثْرَةُ الْكَلاَمِ، وَكَثْرَةُ اْلأَكْلِ
“Dua perkara yang akan mengeraskan hati: Banyak bicara, dan banyak makan”. [Lihat Al-Hilyah (4/22) oleh Abu Nu’aim].
Ibnu Qayyim rahimahullah juga pernah berkata tentang ini: “Adapun lima hal yang merusak hati adalah (1) banyak bergaul (berkumpul dengan manusia),(2) (banyak) berangan-angan, (3) tergantung kepada selain Allâh Azza wa Jalla , (4) kekenyangan (banyak makan) dan (5) (banyak) tidur. Inilah kelima hal utama yang dapat merusak hati.”
3. Hilangnya kecerdasan, rusaknya kemampuan menalar, dan lemahnya daya hafal. Ini seperti yang dikatakan Imam Ali bin Abi Thalib r.a. “kekenyanganakan menghilangkan kecerdasan.”
4. Melemahkan tubuh dalam melakukan ibadah dan mencari ilmu. Poin ini seperti yang dikatakan oleh Luqman pada anaknya, “pada saat lambung sudah terisi penuh, maka oekiran akan tidur hingga tidak berfungsi, hikmah akan membisu, anggota tubuh juga duduk tidak dapat melakukan ibadah.”
5. Menyebabkan kantuk. Ini seperti yang dikatakan oleh sebagian orang bijak, “orang yang banyak makannya, maka akan banyak minumnya. Orang yang banyak minumnya, maka ia akan banyak tidurnya, maka akan banyak dagingnya. Orang yang banyak dagingnya, maka akan keras hatinya, maka akan tenggelam dalam lumpur dosa.”
6. Memerkuat dorongan syahwat dan membantu bala tentara syetan. Ini seperti yang dikatakan Imam Al-Ghazali.
Tidak dipungkiri bahwa sesuatu yang paling penting bagi manusia adalah kesehatan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh sebagian ahli hikmah bahwa kesehatan adalah mahkota yang bertengger di kepala orang yang masih sehat dan itu hanya diketahui oleh orang-orang yang sedang sakit. Kesehatan seseorang sangat ditentukan bagaimana pola makan yang bersangkutan. Karenanya Allah SWT memerintahkan untuk menjaga pola makan dalam ayat berikut:
وكلوا واشربوا ولا تسرفوا إنه لا يحب المسرفين
“Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS Al-A’raf [7]: 31).
Pada kenyataannya, kelebihan makan dan minum menjadi ancaman yang berbahaya bagi fisik dan anggota tubuh seseorang yang melakukannya. Lebih dari itu, banyak makan juga mengakibatkan warna tubuh kita menjadi kuning, melemahkan tubuh, banyak buang angina, dan membatasi pernafasan, yang dengan itu hati menjadi terhalang dari memoperoleh cahaya-cahaya suci, disamping dapat melemahkan fikiran dari berfikir dengan baik. Padahal fikiran adalah hal utama yang dimiliki oleh seorang manusia, karena fikiran telah menjadi pintu yang menghantarkan seseorang untuk dapat mengetahui rahasia ibadah serta dapat memahami hikmah ketuhanan yang telah dititipkan Allah di alam ini.
Berlebih-lebihan juga merupakan ciri orang-orang kafir sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,;
“Seorang mukmin makan dengan satu lambung, sedangkan orang kafir makan dengan tujuh lambung.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada akhir ayat diatas juga disebutkan bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Padahal, apa yang diperoleh oleh tangan, mulut, dan hati, merupakan rizki dari Allah SWT yang diberikan oleh Allah kepada kita agar kita mau bersyukur dan beribadah kepada-Nya dengan sebenar-benarnya. Karena Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُلُواْ مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُواْ لِلّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang suci yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kalian menyembah.” (QS Al-Baqarah [2]: 172). (Alquin&Sidiq/BaitulMaqdis.com)
Sumber : Ensiklopedi Mukjizat Alqur’an dan Hadis