“Selama lima ratus tahun Islam menguasai dunia dengan kekuatannya, ilmu pengetahuan dan peradabannya yang tinggi”
(Jacques C. Reister).
“Cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi „dinamo‟-nya, Barat bukanlah apa-apa (Montgomery Watt). Peradaban berhutang besar pada Islam
(Presiden AS, Barack Obama).
Pernyataan dari dua cendekiawan Barat dan satu dari orang nomor satu Amerika Serikat ini sengaja dikutip sekadar ingin menunjukkan, bahwa siapapun yang jujur melihat sejarah tak akan bisa mengelak untuk mengakui keagungan peradaban Islam pada masa lalu dan sumbangsihnya bagi dunia, termasuk dunia Barat, yang denyutnya masih terasa hingga hari ini. Meski banyak ditutup-tutupi, pengaruh peradaban Islam terhadap kemajuan Barat saat ini tetaplah nyata.
Kondisi Peradaban Barat Abad Pertengahan
Mari kita review sejenak. Jika kita masuk mesin waktu menuju kurun pertengahan sekitab abad ke-10 Masehi dan terbang menyusuri kota-kota dunia Barat kala itu, kita akan tercengang melihat perbedaan besar antara kedua belahan dunia itu. Kita akan melihat dunia yang penuh dengan kehidupan, kekuatan dan peradaban, yaitu dunia Islam. Dan dunia lain yang primitif, terbelakang dan tak mengenal ilmu pengetahuan dan peradaban yaitu dunia Barat.
Dalam buku sejarah umum karya Lavis dan Rambou dijelaskan, Inggris Anglo-Saxon pada abad ke-7 M hingga abad ke-10 M merupakan negri tandus, terisolir, kumuh dan liar. Rumah-rumah dibangun dengan batu kasar tidak dipahat dan diperkuat dengan tanah halus. Rumah-rumahnya dibangun di dataran rendah, berpintu sempit, tidak terkunci kokoh dan dinding serta temboknya tidak berjendela.
Wabah penyakit berjangkit menimpa binatang ternak yang merupakan sumber penghidupan satu-satunya. Tempah kediaman dan keamanan manusia tidak lebih baik dari hewan. Kepala suku tinggal di gubuknya bersama keluarga, pelayan dan orang-orang yang punya hubungan denganya. mereka berkumpul di sebuah ruangan besar. Di bagian tengahnya terdapat tungku yang asapnya mengepul lewat lubang tembus yang menganga di langit-langit. Semua orang yang ada di rumah itu tidur di tanah atau diatas bangku panjang. Senjata mereka ditaruh diatas kepala mereka masing-masing karena pencuri saat itu sangat berani sehingga orang dituntut untuk selalu waspada dalam setiap waktu dan keadaan.
Kala itu Eropa penuh dengan hutan belantara. Sistem pertaniaannya terbelakang. Dari rawa-rawa di pinggiran kota, tersebar bau-bau busuk yang menyengat. Rumah-rumah di Paris dan London di bangun dari kayu dan tanah yang dicampur dengan jerami dan bambu. Rumah itu belum berjendela dan kamarnya tidak teratur. Permadani sama sekali belum dikenal di kalangan mereka.
Mereka tidak kenal kebersihan. Kotoran hewan dan sampang dapur dibuang di depan rumah sehingga menyebarkan bau busuk yang meresahkan.
Begitulah keadaan bangsa Barat pada abad pertengahan sampai abad ke-11 Masehi, menuru pengakuan para sejarawan mereka sendiri.
Kondisi Peradaban Islam Abad Pertengahan
Bagaiman dengan dunia Islam? Mari kita tengok beberapa kota besar Islam seperti Baghdad, Damaskus, Cordoba, Granada dan Sevilla untuk mengetahui bagaimana keadaan kota-kota ini dan bagaimana peradabannya.
Cordoba. Malam hari di kota itu diterangi lampu. Pejalan kaki memperoleh cahaya sepanjang sepuluh mil tanpa terputus. Lorong-lorongnya dialasi dengan batu ubin. Cordoba dikelilingi taman hijau. Orang yang berkunjung ke sana biasanya bersenang-senang dulu di kebun-kebun dan taman-taman sebelum sampai di kota Cordoba. Penduduknya lebih dari satu juta jiwa padahal saat itu kota terbesar di Eropa penduduknya tidak lebih dari 25.000 orang.
Kita ke Granada. Di kota ini kita akan dimanjakan dengan bangunan istana Al-Hamra yang merupakan
lambang keajaiban yang sangat mencenangkan. Tempat yang selalu menjadi pusat perhatian para wisatawan dari manca negara kendati zaman datang silih berganti. Istana ini berada di bukit menghadap ke kota Granada dan hamparan ladang yang luas dan subur yang mengelilingi kota itu sehingga menjadikan tempat ini yang terindah di dunia.
Lain lagi Sevilla. Kota ini terdapat 6000 alat tenun sutra. Setiap penjuru kota Sevilla di kelilingi pohon zaitun. Karena itulah di kota ini terdapat 100.000 tempat pemerasan minyak zaitun.
Selanjutnya Kota Baghdad. Dahulu kota ini berada di daerah sempit dan kecil. Namun saat Al-manshur (khalifah saat itu) ingin membangunnya, ia mendatangkan insinyur tehnik, para arsitek dan para ilmu ukur. Untuk pembangunan kota Baghdad ini menelan biaya sebesar 4.800.000 dirham atau senilai 240 Milyar. Jumlah pekerja mencapai 100.000 orang. Baghdad mempunya tiga lapis tembok besar dan kecil mencapai 6000 buah di bagian timur dan 4000 buah di bagian barat. selain sungai Tigris dan Efrat, terdapat juga 11 sungai sabang yang airnya mengalir ke seluruh rumah dan istana baghdad.
Di sungai Tigris sendiri terdaat 30.000 jembatan. Tempat mandinya mencapai 60.000 buah. Di akhir masa pemerintahan Abbasiyah jumlah ini berkurang menjadi hanya beberapa puluh ribu buah. Masjid-masjid mencapai 300.000 buah. Sementara penduduk baghdad kebanyakan ulama, sastrawan dan filsuf tak terhitung lagi jumlahnya.
Demikianlah gambaran nyata kejayaan peradaban Islam zaman dulu. Pasti anda sangat rindu kondisi zaman itu akan segera kembali. amiin. ( Alquin/ BaitulMaqdis.com)